KOMPAS.com - Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, sunat merupakan prosedur wajib yang harus dilakukan oleh pria.
Biasanya, pria melakukan sunat saat usianya anak-anak atau memasuki masa remaja.
Namun, pada kondisi tertentu, banyak pria yang disunat sejak ia masih bayi.
Mengutip dari Healthline, sebagian besar orang tua di Barat melakukan prosedur ini kepada anak mereka ketika masih bayi.
Lalu, apa manfaat dan risiko yang muncul ketika melakukan prosedur ini?
Manfaat sunat pada bayi
Secara singkat, sunat pada pria dapat diartikan sebagai operasi pengangkatan kulit yang menutupi ujung penis atau kulup.
Beberapa penelitian yang terhimpun dalam “Neonatal and child male circumcision:
a global review” mengatakan bahwa sunat pada bayi memiliki sejumlah manfaat.
Bahkan, American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa sunat pada bayi memiliki lebih banyak manfaat daripada risikonya.
Beberapa manfaat dari sunat pada bayi antara lain sebagai berikut.
Risiko sunat pada bayi
Seperti halnya prosedur pembedahan, ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan sunat pada bayi.
Pada dasarnya, sunat adalah prosedur yang sangat umum dan jarang terjadi komplikasi.
Namun, ada beberapa risiko yang menyertainya sebagai berikut.
Insiden komplikasi serius (seperti kerusakan pada penis) sangat rendah, menurut artikel berjudul “Rarely seen complications of circumcision, and their management” diperkirakan serendah-rendahnya hanya 0,2 persen.
Risiko komplikasi tersebut juga sering pada sunat yang dilakukan di luar lingkungan rumah sakit.
Selain itu, insiden komplikasi ringan (seperti perdarahan atau infeksi) dilaporkan sekitar 3 persen.
https://health.kompas.com/read/2021/06/08/163400668/mengenal-manfaat-dan-risiko-sunat-pada-bayi