KOMPAS.com – Ada beberapa jenis obat yang bisa meningkatkan tekanan darah sehingga perlu diperhatikan terutama oleh para penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Banyak orang mungkin telah mengetahui adalah beberapa ada obat dan zat tertentu bisa meningkatkan tekanan darah dan mengubah efektivitas obat anti-hipertensi.
Beberapa obat diketahi melakukannya dengan merangsang bahan kimia otak yang disebut neurotransmitter. Ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Sementara, beberapa obat lainnya bisa secara langsung memengaruhi organ seperti ginjal atau menyebabkan retensi cairan yang dapat memengaruhi tekanan darah.
Berikut adalah beberapa obat yang mungkin perlu Anda waspadai jika sedang mencoba mengontrol tekanan darah tinggi:
1. Obat antiinflamasi nonsteroid
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) adalah salah satu obat bebas yang umum digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan.
Ini mungkin termasuk:
Melansir Very Well Health, sementara NSAID biasanya aman, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan perubahan tekanan darah.
NSAID dapat menyebabkan retensi natrium dan air yang seiring waktu bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Penggunaan jangka panjang juga telah dikaitkan dengan perubahan fungsi ginjal, organ yang merupakan kunci pengaturan tekanan darah.
NSAID yang perlu diperhatikan termasuk ibuprofen dan naproxen.
2. Asetaminofen
Acetaminophen atau paracetamol sering digunakan untuk mengobati banyak gejala yang sama seperti ibuprofen dan naproxen, tetapi bekerja dengan cara yang berbeda.
Sebagai analgesik non-aspirin, paracetamol memiliki struktur kimia yang berbeda dari NSAID dan juga cenderung memiliki efek peradangan yang lebih rendah.
Meskipun pada umumnya aman, salah satu kekhawatiran tentang penggunaan paracetamol adalah efeknya pada hati.
Penggunaan paracetamol jangka panjang atau penggunaan berlebihan berisiko menyebabkan kerusakan hati, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kondisi yang disebut hipertensi portal.
Dengan hipertensi portal, peningkatan tekanan darah di hati berubah menjadi peningkatan tekanan darah di seluruh tubuh.
Ingat kembali, bahwa ketika digunakan dengan tepat, paracetamol cenderung memiliki dampak yang lebih rendah pada tekanan darah jika dibandingkan dengan NSAID.
3. Dekongestan untuk meredakan hidung tersumbat
Dekongestan bekerja dengan memperlambat produksi lendir yang dapat menyumbat saluran pernapasan.
Obat-obatan melakukan hal ini dengan menyebabkan penyempitan pembuluh darah di hidung dan sinus, membuka saluran udara, dan mengurangi sensasi kepenuhan yang disebabkan oleh alergi atau pilek (selesma).
Kebanyakan dekongestan mengandung pseudoefedrin atau fenilefrin, stimulan yang diketahui dapat meningkatkan tekanan darah.
Ketika digunakan dengan tepat dalam waktu singkat, dekongestan sebagian besar aman dan efektif.
Namun, penggunaan berlebihan atau penggunaan jangka panjang mungkin bisa menimbulkan masalah, berpotensi meningkatkan tekanan darah dan merusak pengobatan anti-hipertensi.
Dekongestan non-stimulan tersedia dan mungkin sama efektifnya dalam mengobati kondisi hidung tertentu.
4. Obat pilek dan flu multi-gejala
Toko obat biasanya menjual lusinan jenis pil, sirup, dan tablet yang dirancang untuk meredakan gejala pilek dan flu.
Meskipun masing-masing memiliki formulasi yang berbeda, obat-obatan ini sebagian besar terdiri dari bahan yang sama atau serupa.
Beberapa pengobatan multi-gejala mengandung dekongestan dan penekan batuk untuk membantu membersihkan saluran hidung dan memudahkan pernapasan.
Ibuprofen atau paracetamol dapat dimasukkan untuk meredakan nyeri otot dan demam. Seperti diketahui, jenis obat ini dapat secara langsung dan tidak langsung mengubah tekanan darah pengguna.
Beberapa, seperti dekongestan dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit. Yang lain mengubah cara tubuh menangani hal-hal seperti garam dan air, yang menyebabkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.
Efek gabungan dari penyempitan pembuluh darah dan retensi cairan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah jangka pendek yang dapat melawan efektivitas obat anti-hipertensi.
5. KB hormonal
Hampir semua pil, patch (koyo), dan perangkat KB hormonal berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Penyempitan pembuluh darah adalah efek samping yang umum dari produk ini, terutama di kalangan wanita yang merokok, kelebihan berat badan, atau berusia di atas 35,5 tahun.
Tidak semua wanita akan terpengaruh oleh KB hormonal.
Tetapi, jika telah memiliki hipertensi, seorang wanita perlu dipantau secara ketat tekanan darahnya. Pemeriksaan ini idealnya dapat dilakukan setiap enam sampai 12 bulan sekali.
Sebagai alternatif, KB oral dengan estrogen dosis rendah dapat mengurangi beberapa efek tekanan darah.
Jika tidak, seorang wanit mungkin perlu mempertimbangkan bentuk pengendalian kelahiran lainnya.
6. Obat antidepresan
Melansir Health Line, antidepresan bekerja dengan mengubah senyawa kimia dalam tubuh yang terkait dengan suasana hati, termasuk serotonin dan dopamin. Kedua senyawa ini diketahui dapat memengaruhi tekanan darah.
Dopamin sering digunakan dalam situasi darurat untuk meningkatkan tekanan darah pada seseorang yang mengalami penurunan tekanan darah kritis.
Serotonin memiliki efek serupa yang selanjutnya dapat meningkatkan efek dopamin pada sistem kardiovaskular.
Beberapa jenis dan kelas obat antidepresan yang telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah di antaranya:
Ingatlah bahwa demi keamanan, selalu konsultasikan dengan dokter terkait rencana konsumsi obat Anda.
Dokter dapat memberikan saran obat terbaik dengan menyesuaikan kondisi masing-masing pasien.
Jika Anda menderita hipertensi, dokter mungkin akan menjauhkan Anda dari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah.
https://health.kompas.com/read/2021/08/31/130000468/6-obat-yang-bisa-meningkatkan-tekanan-darah