KOMPAS.com - Kanker payudara menempati urutan kedua penyebab kematian tertinggi di Indonesia, terutama bagi perempuan.
Pernyataan ini didukung dengan data Global Cancer Observatory tahun 2020 yang menyebutkan bahwa terdapat 30,8 persen atau sebesar 65.858 kasus kanker payudara dari total kasus kanker terbaru di Indonesia.
Namun, kesadaran masyarakat akan kanker payudara masih sangat minim sehingga 70 persen penderita kanker yang datang memeriksakan diri ke dokter telah memasuki stadium lanjut.
Hal ini sangat disayangkan karena apabila kanker payudara dapat ditemukan atau dideteksi pada stadium awal, tingkat harapan hidup menjadi lebih tinggi hingga 95 persen.
Oleh karena itu, dalam sebuah acara virtual mengenai kanker payudara Rabu (6/10), pakar onkologi dari RS Kanker Dharmais, dr. Walta Gautama, Sp.B(K) Onk, memberikan penekanan mengenai pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara.
Ia menjelaskan bahwa deteksi dini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu SADARI, SADANIS, dan Skrining
SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Menurut Walta, sering kali perempuan keliru dan mengabaikan benjolan atau gejala kanker payudara karena tidak mengetahui dengan pasti bagian atau batasan pada payudara yang perlu diperiksa.
SADARI dilakukan dengan memeriksa dan meraba seluruh bagian pada payudara termasuk 2 jari di bawah tulang selangkang, garis tengah dari ketiak, dan garis tengah di bawah payudara.
Walta mengungkapkan bahwa SADARI sudah dapat dilakukan setiap bulan sejak perempuan sudah memiliki payudara atau mengalami menstruasi.
Selain itu, perlu diketahui bahwa waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah hari ke-7 hingga ke-10 setelah haid hari pertama.
Sementara itu, wanita yang telah menopause dapat melakukannya setiap bulan pada waktu yang sama.
SADANIS (Periksa Payudara Klinis)
SADANIS dilakukan untuk mengonfirmasi ke dokter hasil SADARI.
Walta memberi penekanan untuk segera melakukan SADANIS jika Anda mendeteksi gejala kanker payudara sebagai berikut:
Skrining
Merupakan tindakan lebih awal dengan melakukan pemeriksaan kanker payudara meskipun tidak memiliki gejala atau keluhan apa pun.
Menurut Walta, melakukan skrining secara berkala dapat mencegah terjadinya kanker payudara stadium lanjut dengan penggunaan USG dan mammografi untuk mendeteksi kanker ganas tanpa gejala.
“Prinsip penanganan kanker adalah jangan ditunda,” Ungkap Walta.
Deteksi dini membantu mewujudkan Indonesia bebas kanker stadium lanjut dan memberikan kesempatan serta kualitas hidup yang lebih tinggi dengan pilihan perawatan yang beragam.
Oleh karena itu, segera ikut serta dalam menekan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia dengan menerapkan dan mengajak orang lain untuk melakukan deteksi dini.
https://health.kompas.com/read/2021/10/09/080000068/pentingnya-deteksi-dini-kanker-payudara