KOMPAS.com - Jumlah kasus Covid-19 meningkat seiring masuknya subvarian baru Omicron XBB di Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan pada Jumat (4/11/2022), ada 12 kasus subvarian Omicron XBB yang dicatat. Dua kasus berasal dari transmisi luar negeri dan 10 lainnya transmisi lokal.
Sementara itu, jumlah kasus Covid-19 yang dikonfirmasi positif per Jumat (4/11/2022) meningkat 5.303.
Dr. Iwan Ariawan, Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa tren kasus Covid-19 akan meningkat cepat lagi.
"Jika belajar dari pengalaman negara di mana subvarian Omicron XBB sudah lebih dahulu terdeteksi, kasus Covid-19 akan meningkat cepat. Turunnya juga cepat, mungkin dalam 2-4 minggu akan mencapai puncak, setelah itu turun," ujar dr. Iwan dalam Media Briefing pada Senin (7/11/2022).
Mengutip Kementerian Kesehatan, saat ini telah ada 28 negara yang melaporkan subvarian Omicron XBB, mengalami lonjakan kasus, tetapi sebagian besar sudah mengalami penurunan kasus.
Tiga negara yang melaporkan penurunan kasus diantaranya Singapura dari 18.000 per hari, saat ini sudah turun menjadi 8.000 kasus.
India dari 300.000 kasus, saat ini turun menjadi 2.300 per hari.
Demikian juga dengan Bangladesh, dari 14.000 kasus per hari, saat ini sudah 367 kasus per hari.
Bagaimana cara mengatasi subvarian Omicron XBB?
Salah satu cara mengatasi kemunculan subvarian baru Omicron XBB adalah dengan vaksinasi Covid-19.
Sejauh ini, vaksin mampu untuk mengatasi infeksi Covid-19 termasuk dari varian Omicron.
"Menurut keterangan WHO, XXB karakternya masih sama dengan varian Omicron lainnya," ujar dr. Iwan.
Omicron memang memiliki karakter yang lebih kebal terhadap vaksin Covid-19. Jadi, meski sudah divaksin orang tetap bisa terinfeksi Covid-19 varian Omicron.
Namun, berdasarkan data dalam negeri maupun internasional, vaksin dapat melindungi orang dari keparahan penyakit dan kematian akibat Covid-19, termasuk dari varian Omicron.
"Jadi, vaksin Covid-19 tetap masih sangat berguna di sini (saat muncul subvarain XBB). Manfaat vaksin untuk mencegah keparahan dan kematian akibat Covid-19," terangnya.
Menurut survei serologi SARS-CoV-2 di Indonesia pada Desember 2021 dan Juli 2022 oleh Kementerian Kesehatan RI dan Tim Pandemi FKMUI, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan proporsi antibodi terhadap Covid-19 berkat vaksin.
Antibodi Covid-19 penduduk Indonesia pada Juli 2022 sebesar 98,5, meningkat dari 87,8 pada Desember 2021.
Kadar antibodi Covid-19 peduduk Indonesia juga meningkat pada Juli 2022.
"Pada Juli 2022, kadar antibodi atau median (titik tengah) Covid-19 yang dimiliki penduduk Indonesia jauh lebih tinggi 5 kali lipat," sebut dr. Iwan.
Kadar antibodi Covid-19 masyarakat meningkat sesuai dengan jumlah dosis vaksin yang didapat.
Apakah vaksin Covid-19 booster sudah cukup?
"Karena XBB masih varian Omicron, vaksin Covid-19 booster itu cukup untuk mencegah terjadinya keparahan penyakit dan kematian," ungkap dr. Iwan.
Dr. Iwan bersama Tim Pandemi FKMUI menganalisis 1.792.360 kasus Covid-19 di Indonesia dari 1 Januari hingga 30 Juni 2022, tentang risiko kematian.
Berikut risiko kematian berdasarkan pembagian kelompok vaksin Covid-19, menurut hasil analisis tersebut:
Tim Pandemi FKMUI juga menganalisis 168.956 kasus Covid-19 pada lansia di Indonesia pada 1 Januari hingga 30 Juni 2022.
Hasilnya berdasarkan pembagian kelompok vaksin Covid-19 sebagai berikut:
https://health.kompas.com/read/2022/11/08/120000668/manfaat-vaksin-covid-19-untuk-atasi-subvarian-omicron-xbb