Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Operasi, Banyak Benda Tertinggal di Perut

Kompas.com - 17/11/2010, 10:56 WIB

Kompas.com - Karena kelalaian dokter bedah, tiap tahunnya cukup banyak terjadi kasus tertinggalnya instrumen operasi dalam perut pasien. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat, kasus paling banyak terjadi pada bedah ginekologi (kandungan).

Dari analisa terhadap lebih dari 1,9 juta data kasus operasi pada anak-anak di rumah sakit di AS antara tahun 1998 hingga 2005 ditemukan 413 kasus tertinggalnya benda asing di tubuh pasien, yang berarti kemungkinannya adalah 0,02 persen pada tiap operasi.

Kebanyakan error tersebut, 21,5 persen atau 0,13 per 1000 pasien bedah gastrointestinal (pencernaan). Namun angka paling tinggi adalah pada kasus bedah ginekologi, yakni 0,96 per 1000 pasien.

"Remaja berusia kurang dari 18 tahun yang mengalami operasi ginekologi, seperti pengangkatan kista memiliki risiko 4 kali lebih besar dibanding anak yang menjalani operasi lainnya," kata Dr.Fizan Abdullah dari Johns Hopkins Childrens Center, Baltimore, AS.

Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa prosedur lebih beresiko dibanding prosedur lainnya. Selain itu, kasus serupa terus terjadi meski telah ada protokol baku di ruang operasi.

"Angka kejadian kasus ini cukup signifikan mengingat setiap harinya terdapat ribuan prosedur bedah pada anak-anak," kata Fizan.

Ia menambahkan, pada kasus bedah ginekologi, penyebabnya bukan karena dokter bertindak lalai. "Ini sangat berkaitan dengan anatomi tubuh yang dioperasi. Misalnya saja bagian pelvic yang memang sulit dijangkau sehingga beresiko tertinggalnya spons atau benda-benda kecil lainnya," paparnya.

Meski ada benda asing di dalam tubuh, namun menurut Faizan hal itu tidak selalu berakibat kematian. Seringkali pasien harus melakukan operasi ulang untuk mengambil benda asing tersebut dan ini berarti bertambahnya biaya.

Faizan menyarankan agar para dokter bedah dan tim perawat melakukan pengecekan dan penghitungan alat-alat operasi yang dipakai, jangan sampai berkurang dan malah tertanam di tubuh pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau