Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Obat dan Makanan Masih Pilih Temulawak

Kompas.com - 03/07/2009, 20:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Industri obat dan makanan masih memilih temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai bahan baku untuk produk-produk unggulan. Ditambah dengan makin mafhumnya masyarakat soal khasiatnya, temulawak pada akhirnya memang menemukan pasarnya. "Orang tahu, misalnya, temulawak bermanfaat untuk menambah nafsu makan anak-anak. Maka, produsen pun mengeluarkan produk berbahan dasar temulawak untuk tujuan itu," kata Brand Manager Consumer Health Soho Industri Pharmasi Waty saat pergelaran Bobo Fair, Jumat (3/7).

Dalam kesempatan yang berlangsung di Jakarta Convention Center sejak Rabu (1/7) sampai dengan Minggu (5/7), masih menurut Waty, pihaknya mengunggulkan produk berbasis temulawak untuk konsumsi anak-anak yakni Susu Curcuma Plus dan Susu Curcuma Plus Junior.

Bersama kelompok tanaman rimpang lainnya seperti kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga L), dan jahe (Zingiber officinale Rosc), temulawak, sejak lama, menjadi bahan baku pokok industri jamu. Karena menjadi khas yang banyak dijumpai di Tanah Air, seluruh tanaman tersebut bahkan bisa dikatakan memadai sebagai pasokan bahan baku industri jamu nasional. "Ini kekayaan yang bermanfaat bagi industri jamu memang," begitu kata Direktur Utama SidoMuncul Irwan Hidayat beberapa waktu lalu. 

Sementara itu, catatan yang dikumpulkan Kompas.com dari berbagai sumber menunjukkan, pemerintah menempatkan pengembangan tanaman obat, kebanyakan, di Jawa. Pasalnya, industri jamu memang paling banyak berkembang di pulau ini.

Hingga tahun depan, berturut-turut dari kategori luas areal, temulawak bakal ditanam di areal seluas 1.276 hektar. Lalu, kunyit akan menempati lahan hingga 1.527 hektar, kencur 3.270 hektar, dan jahe 7.124 hektar. Sejatinya, masih amat terbuka peluang untuk perluasan areal di luar Jawa, pada masa-masa mendatang.

Selanjutnya, hingga 2010, dengan perhitungan pencapaian produktivitas rata-rata 7-8 ton per hektar, temulawak diperkirakan bakal mencapai angka produksi 14.020 ton. Lalu, kunyit 15.426 ton dan kencur 26.290 ton.

Di sektor hilir, baik industri jamu, obat, dan makanan menitikberatkan produk berbasis tanaman obat tersebut menjadi produk turunan mulai dari ekstrak, minyak, kosmetika, fitofarmaka, hingga dalam wujud makanan semacam sirup.

Kemudian, catatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menunjukkan Jepang, Jerman, Saudi Arabia, Malaysia, dan Australia menjadi pengimpor utama temulawak, khususnya, sejak enam tahun silam. Sejak saat itu, pemasukan yang bisa diraup Indonesia meningkat terus dari posisi 103.788 dollar AS. Dari jumlah itu, Jepang berpartisipasi separuh lebih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com