KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa lupus umumnya terjadi pada orang dewasa, tetapi bisa dialami oleh anak-anak dengan gejala lebih berat.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi IDAI, DR. Dr. Reni Ghrahani Majangsari, SpA(K), MKes, mengatakan bahwa dari seluruh kasus lupus 10-20 persen terjadi pada anak-anak.
Baca juga: Mengenal Penyakit Lupus pada Anak
"Penyakit lupus pada anak biasanya gejalanya akan lebih berat dibanding Lupus pada dewasa, juga keterlibatan organ yang lebih banyak," kata Dr. Reni dalam seminar virtual pada Selasa (7/5/2024).
Dr. Reni menerangkan bahwa lupus adalah peradangan kronis yang bisa terjadi pada berbagai organ tubuh, yang disebabkan oleh kondisi autoimun.
Dalam keterangannya, autoimun adalah istilah untuk kegagalan sistem imun mengenali diri sendiri, menyebabkan diproduksinya antibodi yang menyerang diri sendiri.
Penyakit ini dalam istilah medis disebut systemic lupus erythematosus (SLE).
Baca juga: 5 Penyebab Penyakit Lupus yang Perlu Diwaspadai
Dr. Reni menyebutkan bahwa gejala lupus pada anak sering kali membuat mereka harus diopname dan berulang kali mendapatkan transfusi darah.
"Sering anak dirawat karena menderita demam yang berkepanjangan. Anak juga bisa tampak pucat," ujarnya.
Suhu demam anak tidak ada ukuran pasti, lanjutnya, ini juga bisa datang dan pergi.
Gejala lupus pada anak yang bisa nampak, lanjutnya, yaitu tampak lelah tanpa sebab yang jelas, penurunan berat badan, dan kerontokan rambut.
"(Anak dengan lupus) juga mungkin akan mengalami yang istilahnya adalah morning stiffness, yaitu nyeri dan kaku badan di pagi hari. Biasanya berupa nyeri sendi dan nyeri otot," ucapnya.
Baca juga: Kenali Apa Itu Lupus Neonatal, Penyebab, dan Tanda-tandanya
Lupus adalah penyakit yang bisa melibatkan seluruh sistem organ, sehingga penyakit ini bisa menyerang seperti saraf, paru-paru, jantung, ginjal, dinding perut, kelenjar getah bening, serta sel-sel darah (putih, merah, dan trombosit).
"Mungkin juga dapat terjadi keterlambatan pertumbuhan keremajaan atau pubernya terlambat," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Reni mengungkapkan, lupus pada anak paling banyak ditemukan pada usia 11-12 tahun.
Kasusnya sembilan kali lipat lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
"Etnis juga memengaruhi ekspresi dari penyakit lupus ini. Beberapa referensi menyebutkan populasi Asia cenderung manifestasinya lebih serius, lebih berat dibanding populasi Kaukasia," terangnya.
Baca juga: Kenali Apa Itu Lupus Nefritis, Penyebab, dan Gejalanya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.