Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyeri Setelah Bangun dari Jongkok? Hati-hati!

Kompas.com - 11/09/2009, 14:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Apakah saat bangun dari berjongkok, Anda kerap merasa nyeri lutut? dan rasa nyeri tersebut semakin menjadi-jadi saat menaiki tangga? Bila gejala tersebut sering terasa, bisa jadi Anda terserang penyakit osteoarthistis (OA). Penyakit ini memang tidak sepopuler osteoporosis.

"Penyakit ini termasuk kelompok penyakit degeneratif yang banyak diderita penderita usia lanjut," dr Jony Sieman, SpKrr Spesialis Rehabilitasi Medik RS Internasional Bintaro pada Media Gathering di RS Internasional Bintaro, Kamis (10/9).

Nyeri dan kekakuan merupakan gejala utama pada OA. Pada awalnya nyeri dirasakan ketika beraktivitas. Pada stadium lanjut, nyeri terjadi sepanjang waktu. Kekakuan sendi lebih terasa setelah inaktivitas, misalnya pada waktu bangun pagi hari.

Gangguan pada aktivitas sehari-hari tergantung pada lokasi utama persendian yang mengalami OA. Jika lutut sendi mengalami OA, maka umumnya akan mengenai kedua kaki, sering kali di satu sisi terasa lebih nyeri dibanding sisi yang lain. Nyeri terutama dirasakan ketika seseorang naik tangga atau jalan mendaki.

Pada OA panggul, nyeri umumnya dirasakan di sekitar area selangkangan, bokong, atau sebagian luar paha. Namun kadang juga dirasakan di daerah lutut atau pun pergelangan kaki. Seseorang dengan nyeri OA sendi panggul dapat mengalami kesulitan saat keluar atau masuk dari mobil atau saat memakai kaus kaki.

Dikatakannya, jika nyeri yang terjadi tidak segera diatasi dengan baik akan menyebabkan terjadinya keadaan yang makin memperburuk kemampuan fungsi penderita atau yang biasa disebut deconditioning.

Imobilasi karena nyeri, yang terjadi pada tingkatan lokal, menyebabkan kekakuan sendi yang nyata bahkan pelekatan sendi. Kemungkinan lain adalah pemendekan otot yang menyebabkan otot cepat cedera dan osteoporosis.

Jika persendian yang terkena, misalnya, sendi panggul, akibatnya penderita akan mengurangi aktivitas fisik, hidup dengan pola sedentary yang berakibat timbulnya perubahan postur tubuh. Hal itu pun bepengaruh pada titik tumpu gravitasi, menyebabkan pasien akan mudah jatuh sehingga memerlukan kompensasi kerja otot di bagian tubuh lain. Tak jarang, kompensasi juga menyebabkan nyeri di bagian lain.

Yang lebih bahaya, kata dia, immobilitas otot secara total juga akan menurunkan kontraksi otot sebesar 10-15 persen dalam satu minggu. Dengan demikian, akan mencapai 50 persen dalam tiga hingga lima minggu. Dalam dua bulan, diameter potong lintang otot akan berkurang hingga 50 persen.

"Pembuluh darah jumlahnya berkurang dan kemampuan otot juga berkurang. Itu juga dapat menurunkan tingkat kebugaran sehingga dapat menurunkan kualitas hidup," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau