Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis Penyakit Parkinson

Kompas.com - 18/04/2025, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Dokter spesialis neurologi dari RS Pusat Otak Nasional dr. Rizka Ibonita Sp.N mengatakan ada beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk diagnosis penyakit Parkinson.

Melansir Antara pada Kamis (17/4/2025), Rizka dalam diskusi daring memeringati Hari Parkinson mengatakan bahwa pemeriksaan utama dilakukan dengan melihat kondisi fisik yang biasanya dilakukan oleh dokter saraf.

Baca juga: Solusi untuk Penyakit Parkinson Ketika Obat Tak Lagi Berfungsi

Pemeriksaan pendukung untuk diagnosis penyakit Parkinson

Levodopa

Jika sudah ada kecurigaan Parkinson, Rizka mengatakan akan dilakukan uji tantangan Levodopa (Levodopa Challenge Test), yaitu tes untuk mengonfirmasi diagnosis penyakit Parkinson dan mengevaluasi respons pasien terhadap obat Levodopa.

“Salah satu ciri Parkinson disease atau tegak penyakit Parkinson pasti merespons baik dengan Levodopa, kalau tidak berespons baik dengan Levodopa, artinya bukan Parkinson disease, tapi mungkin gejala lain yang menyerupai Parkinson,” jelasnya.

Ia juga menerangkan bahwa Levodopa dapat menjadi acuan pemeriksaan secara objektif dengan skala pengukuran tertentu, sehingga bisa terlihat jika ada perbaikan gejala Parkinson baik secara parsial maupun total dengan obat tersebut.

  • Pencitraan

Selain itu, ia mengatakan, pasien juga bisa melakukan pemeriksaan MRI atau CT Scan untuk pencitraan otak.

Tindakan ini untuk mengeksekusi dan mengeliminasi gejala penyakit lain atau diagnosis lain yang gejalanya mirip dengan Parkinson seperti stroke.

Rizka mengatakan, Parkinson bisa diobati dengan cara pembedahan, salah satunya secara adaptif dengan membuat sedikit lubang di area kepala.

Di sini, pasien akan diberikan stimulasi suhu panas untuk memanaskan area tengah otak dengan harapan jaringan baru tumbuh di area tersebut dan produksi dopamin lebih baik.

Pembedahan juga bisa dilakukan dengan metode deep brain stimulation (DBS) yang bisa memperbaiki penyakit parkinson secara signifikan.

Ia menjelaskan, proses DBS dilakukan dengan memasukkan alat ke area otak yang bisa menghilangkan kekakuan.

“Setelah pembedahan, masih konsumsi obat atau enggak, nanti di-evaluasi lagi, kalau bagus, setelah pembedahan bisa tanpa obat. Tapi kalau misalnya ada, mungkin yang tadinya berat banget Parkinson-nya, tadinya obat 3 kali sehari, setelah bedah cuma kasih 1 kali,” kata Rizka.

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Alat Tes Darah Deteksi Penyakit Parkinson

Gejala penyakit Parkinson

Mengutip Mayo Clinic, penyakit Parkinson adalah gangguan pergerakan sistem saraf yang memburuk seiring berjalannya waktu.

Sistem saraf adalah jaringan sel saraf yang mengendalikan banyak bagian tubuh, termasuk pergerakan.

Gejala penyakit Parkinson yang bisa dikenali meliputi:

  • Tremor
  • Pergerakan melambat (bradikinesia)
  • Otot kaku
  • Postur tubuh dan keseimbangan buruk
  • Hilangnya gerakan otomatis
  • Perubahan bicara
  • Perubahan dalam menulis
  • Gejala nonmotorik

Umumnya, gejala penyakit ini muncul perlahan. Gejala awal mungkin ringan, dan Anda mungkin tidak menyadarinya.

Gejala sering kali dimulai pada satu sisi tubuh, lalu memengaruhi kedua sisi.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Penyakit Parkinson, Penyebab, dan Gejalanya

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau