JAKARTA, KOMPAS.com — Proses penuaan pada diri seseorang sangat terkait erat dengan penurunan produksi hormon tubuh. Dalam ilmu anti-aging disebutkan, produksi hormon akan berhenti ketika seseorang berusia 30 tahun.
"Setelah itu, hormon akan menurun terus sampai akhir hayat kita," kata Widya Murni, dokter dari Jakarta Anti-Aging Center, Kemang, Jakarta Selatan.
Padahal, hormon berperan penting dalam proses regenerasi sel supaya seseorang selalu tampak awet muda. Sewaktu muda, hormon tubuh bekerja mengatur fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk respons terhadap panas, dingin, dan aktivitas seksual. Jika produksi hormon menurun, kemampuan tubuh untuk memperbaiki sendiri (self repaired) menjadi berkurang.
Itulah yang disebut dengan penuaan. Meski begitu, proses penuaan pada setiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang meski usia di atas 30 tahun kulit masih cantik dan segar. Sebaliknya, ada orang yang baru 20 tahun, tapi wajahnya terlihat kusam bak orang tua.
Lalu, apa yang menyebabkan mereka berbeda? Phaidon Toruan, Anti-Aging & Executive Fitness Center, di Kemang, Jakarta Selatan, bilang, keberadaan hormon dipengaruhi gaya hidup dan pola makan. Seseorang akan cepat mengalami penuaan jika gaya hidup dan pola makannya buruk.
"Orang yang makan junk food, merokok, dan hidup tidak sehat sama saja mempercepat aging itu sendiri," katanya.
Karena itu, gaya hidup sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan hormon tubuh. Misalnya, pengaturan makan, mengonsumsi nutrisi yang berimbang, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup.
Bagaimana jika kita telanjur mengalami kekurangan hormon? Cara mengatasinya adalah memberikan terapi hormon. Terapi ini dikenal dengan terapi sulih hormon. Tujuannya, mengembalikan hormon yang telah hilang.
Meski begitu, terapi hormon itu sifatnya hanya menambah hormon. Jadi, tidak bisa mengembalikan keseimbangan hormon yang terganggu akibat bertambahnya usia.
Sayangnya, sosialisasi mengenai terapi sulih hormon ini tidak terlalu baik.
"Banyak orang takut dengan terapi ini karena sering terjadi kesalahan," imbuh Freddy Wilmana, dokter dan konsultan dari Perkumpulan Awet Sehat Indonesia.
Terapi hormon yang salah memang menjadi bumerang bagi penggunanya. Soalnya, terapi yang salah itu bisa memunculkan tumor dan kanker pada tubuh. Phaidon bilang, orang yang akan disuntik hormon sebaiknya diperiksa dulu kadar hormonnya.
Selain itu, pilih jenis hormon yang alami ketimbang yang sintetis. Alasannya, hormon alami akan memberikan efek samping lebih kecil dibandingkan sintetis. Salah satu terapi hormon alami adalah minum susu kedelai setiap hari.
(Sanny Cicilia Simbolon/KONTAN)
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.