Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdamai dengan Lupus "Si Peniru Ulung"

Kompas.com - 10/02/2010, 16:23 WIB

KOMPAS.com - Lupus punya banyak nama alias. Dijuluki penyakit seribu wajah karena tidak ada diagnosis yang sama antara penderita satu dan lainnya. Dicap peniru ulung, lantaran gejalanya mirip penyakit lain. la juga disebut penyakitnya perempuan. Hingga kini belum ada pengobatan pasti untuk lupus, sehingga pengidapnya harus bisa berdamai agar ia terkendali.

Lupus adalah penyakit autoimun, yakni penyakit menyerang sistem kekebalan sampai rusak, lalu berbalik menyerang tubuh sendiri. Normalnya sistem kekebalan akan melindungi tubuh dari sera ngan virus, bakteri, dan benda berbahaya lain. Pada penderita lupus, sistem kekebalan tubuh ini justru menyerang balik si empunya karena kehilangan kemampuan untuk melihat perbedaan antara zat asing yang berbahaya bagi tubuh dan sel tubuh sendiri.

"Sistem kekebalan tubuh sudah tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Ibarat ditembak pistol yang kita pegang sendiri," ujar Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, pemerhati masalah lupus dari FKUI.

Sulit didiagnosis
Parahnya, penyakit ini sulit terdeteksi. Banyak pasien yang bolak balik ke dokter karena penyakit tak kunjung sembuh. Bertahun-tahun kemudian baru terdiagnosis ia mengidap lupus.

"Jadi penyakit ini tidak bisa dideteksi pada saat pertama kali pasien ke dokter. Dokter butuh rekam medis cukup panjang, wawancara mendalam mengenai riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, termasuk melakukan berbagai tes laboratorium sebelum memastikan penyakit lupus," papar Prof. Zubairi.

Hal lain yang mempersulit diagnosis lupus adalah gejala yang tidak khas, mirip penyakit lain, tergantung bagian tubuh yang diserang. Anehnya, tidak ada kasus lupus yang serupa. Itu karena bagian tubuh yang diserang berbeda. Kalaupun sama, gejala bisa lain. Tambah lagi, gejala berkembang perlahan. Bisa sementara atau permanen.

Gejala pada sebagian orang dengan lupus (odapus) bisa ringan, dan pada odapus lain sangat berat hingga membahayakan nyawa. Itu sebabnya lupus dikenal juga sebagai penyakit seribu wajah atau si peniru ulung.

Gejala yang sering dijumpai pada odapus adalah sakit pada sendi, sendi bengkak, lelah berkepanjangan, ruam kulit yang tidak kunjung hilang, sensitif pada sinar matahari, jari jadi putih atau biru ketika kedinginan, sariawan talk kunjung sembuh, dan kadar trombosit rendah. "Jika perempuan usia produktif menderita sakit tidak kunjung sembuh meski sudah bolak balik ke dokter, patut dicurigai lupus," imbuhnya.

Tidak menular
Penyebab lupus belum diketahui. Berbagai teori muncul. Faktor genetik sering menjadi "kambing hitam". Faktanya, hanya 10 persen yang memiliki riwayat lupus dalam keluarganya.

Ada teori yang menyebutkan faktor sinar ultraviolet, bahan kimia, obat-obatan, stres, dan hormonlah pemicunya. Karena lupus cenderung menyerang perempuan, terutama di usia produktif (20-45 tahun), para ahli menduga ada kaitannya dengan hormon estrogen. Namun, hal ini pun belum bisa dipastikan. "Yang jelas penyakit lupus tidak menular," tuturnya.

Karena penyebabnya belum jelas, para ahli belum bisa menemukan obatnya. Pengobatan hanya untuk mengurangi gejala dan peradangan, serta menjaga agar fungsi tubuh tetap normal. Pemberian terapi dan obat bergantung bagian tubuh yang diserang dan tingkat keparahannya. Karena itu, pengobatan sangat beragam pada tiap individu. Obat bagi kebanyakan odapus antara lain jenis antiperadangan, kortikosteroid, asetaminofen, dan antimalaria.

Sejauh ini odapus hanya bisa "berdamai" dengan penyakitnya untuk waktu tiada tentu. Dan untuk mengatasi lupus tak cukup hanya dengan obat. Kebanyakan pasien mengalami stres dan depresi, sehingga perlu terapi untuk membangun mental odapus. "Harus ada dukungan penuh dari keluarga atau kerabat dekat agar odapus bisa hidup seperti orang normal," ujarnya. (GHS/Michael)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com