Sejak dua tahun terakhir, setiap hari sebanyak 400-500 gelas susu segar dari Bangka Botanical Garden (BBG) dibagikan ke SD, TK, panti asuhan, pesantren, dan panti jompo di Pangkal Pinang dan sekitarnya. Pembagian susu segar dilakukan secara bergiliran dan terjadwal.
”Saya suka susunya. Rasanya enak dan tidak membuat mual,” kata Widia, siswa kelas III, sambil meminum susu segar dengan sedotan. Minum susu sapi segar adalah pengalaman baru bagi anak-anak di Pulau Bangka karena baru sekarang di Bangka ada peternakan sapi perah.
Jumlah sapi di peternakan BBG ada 320 ekor, 52 di antaranya sapi perah. Selebihnya sapi potong, sapi bali, serta sapi impor jenis simental, frisian holstein, brangus, dan limosin.
Produksi susu sapi perah yang dipelihara di lahan tandus berpasir di bekas lokasi tambang timah itu memang tidak seproduktif peternakan sapi di daerah sejuk. Taruhlah seperti di daerah Pengalengan, Jawa Barat. Jika di Pengalengan setiap ekor sapi perah menghasilkan 30-40 liter susu per hari, sapi perah di BBG hanya 10-15 liter.
”Kecuali pada saat puncak produksi, seekor sapi perah
BBG terletak di Desa Ketapang, Kota Pangkal Pinang. Dari 300 hektar lahan yang ada, 65 persen dikembangkan untuk area pembibitan beragam jenis tanaman. Adapun sisanya untuk peternakan, hutan, dan kolam pembibitan ikan.
Sapi bisa dibilang tulang punggung BBG. Selain diambil susunya untuk dijual dan disumbangkan kepada anak-anak sekolah, kotoran sapi dimanfaatkan untuk bahan baku pupuk dan biogas guna memasak serta menghidupkan generator listrik. Setiap hari dihasilkan sekitar 2 ton pupuk kandang.
Kotoran sapi terbukti ampuh menjinakkan tandusnya tanah berpasir yang berada tak jauh dari lokasi wisata Pantai Pasir Padi itu. Semua tanaman di BBG dapat tumbuh subur hanya dengan pupuk dari kotoran sapi dan disiram air secukupnya. Salah satu jenis tanaman yang sedang dikembangkan secara besar-besaran di BBG adalah buah naga. Sedikitnya 5,5 hektar lahan sudah ditanami 50.000 rumpun buah naga.
BBG juga berhasil mengembangkan sawah di lokasi bekas galian tambang timah yang disebut kolong seluas 28 hektar. Beras dari padi yang ditanam di kolong itu layak dikonsumsi. Warga yang ingin mengembangkan usaha perikanan tambak juga bisa meminta bibit ikan nila gratis dari BBG. Setiap minggu, BBG memberikan 50.000 bibit ikan nila gratis.