Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malnutrisi pada Anak Memicu Risiko Penyakit

Kompas.com - 04/06/2010, 17:09 WIB

KOMPAS.com - Baik buruknya kondisi kesehatan dipengaruhi asupan makanan dan gizi. Malnutrisi pada anak tak hanya berdampak langsung pada kesehatan, namun juga memicu berbagai risiko penyakit saat usia dewasa.

Ciri yang paling mudah dikenali dari kondisi malnutrisi pada anak adalah perkembangan fisik rendah. Misalnya, tubuh anak terlalu pendek untuk anak seusianya, atau terlalu kurus dan terlalu gemuk.

Dokter anak, dr Sri S. Nasar, SpA(K) menjelaskan, malnutrisi pada anak usia tiga tahun pertama dapat menimbulkan gangguan permanen di otak. Sedangkan konsekuensi lanjut malnutrisi saat dewasa lebih kompleks lagi.

"Jika anak kelebihan kalori, konsekuensi malnutrisi di antaranya obesitas, penyakit jantung koroner, diabetes, dan peradangan. Sedangkan jika kekurangan kalori, penyakit seperti osteoporosis, disfungsi imun, kemampuan nalar berkurang, dan gangguan reproduksi menjadi konsekuensinya," papar dr Sri, di sela peluncuran MobiPresinutri di Puskesmas Bendungan Hilir, Rabu (2/6/2010) lalu.

Menurut dr Sri, kebutuhan nutrisi setiap anak berbeda tergantung usia dan berat badan. Namun pada usia anak, perlu diperhatikan bahwa kebutuhan energi tiga kali lebih tinggi daripada orang dewasa.

Kebutuhan nutrisi bayi dan anak untuk energi sebanyak 100-120 kilo kalori per kilogram setiap harinya. Pada orang dewasa, kebutuhan asupan nutrisi hanya 35 – 40 kilo kalori per kilogram per hari.

Sedangkan kebutuhan anak batita atas protein sebanyak 9 - 15 persen, lemak 40-50 persen, dan selebihnya hidrat-arang. Untuk anak di atas usia tiga tahun energi yang dibutuhkannya kurang dari 100 kilo kalori per kilogram per hari, dengan protein 10 - 20 persen dan lemak kurang dari 30 persen.

"Kebutuhan nutrisi ini bisa didapatkan dari asupan makanan setiap harinya. Untuk lemak, kebutuhannya bisa dipenuhi dari ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan otak," jelas dr Sri.

Dr Sri menegaskan orangtua mempunyai peran sentral dalam membangun kebiasaan atau pola makan anak. Status gizi makan anak tergantung orangtuanya.

Peran orangtua tak sekadar memastikan gizi seimbang, namun juga perlu memberikan "pengalaman makan" sejak usia dini. Artinya, anak perlu dilibatkan dalam memilih makanan, dan menciptakan suasana makan yang menyenangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com