DENPASAR, KOMPAS.com - Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Prof Agus Purwandianto mengharapkan pihak terkait untuk melakukan penelitian mendalam terhadap khasiat tanaman herbal atau bahan-bahan alami untuk jamu.
"Kami sangat berharap kepada pihak yang berkaitan dengan itu dapat melakukan program saintifikasi jamu dalam bentuk upaya penelitian berbasis pelayanan kesehatan, sesuai apa yang telah dicanangkan pemerintah," katanya di Kuta, Bali, Jumat. Ketika membuka Kongres Nasional Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi (Petri) XVI dan Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (PKWI), Prof Agus menekankan kalangan Petri dan PKWI dapat mengadakan penelitian yang mendalam terhadap khasiat tanaman herbal tersebut.
Dikatakan, pengembangan keilmuan dan riset di bidang penyakit tropik dan infeksi sangat diperlukan, terlebih belakangan ini Indonesia tengah menghadapi beragam penyakit jenis itu yang cenderung mengganas. Ia mencontohkan beberapa penyakit yang kini makin mengganas, antara lain demam berdarah dengue (DBD), tifus, malaria, influenza, rabies dan yang lainnya. Untuk itu, ia berharap, dari hasil penelitian terhadap tanaman herbal yang nantinya dikemas sebagai jamu dapat dipakai sebagai upaya pengobatan ataupun pencegahan terhadap penyakit tersebut.
"Kami harap nantinya dari Litbangkes, P2Pl dan pihak terkait lebih banyak melakukan koordinasi terkait penelitian terhadap tanaman herbal itu," ujar Prof Agus.
Dikatakan, saat ini ada beberapa tanaman herbal yang sedang diteliti dan dicari data ilmiahnya, seperti temulawak, meniran, dan tanaman lainnya. "Untuk pembuktian ilmiah diperlukan waktu tiga bulan. Nah apabila hasilnya bagus, kami harap tahun depan Indonesia sudah dapat memproduksi jamu secara masal, yang tentunya juga dapat direkomendasikan oleh dokter," jelasnya.
Ketua Umum Pengurus Besar PKWI Prof Jahja Kusyanto menyatakan, saat ini para ahli sedang menyiapkan sembilan formula jamu untuk digunakan sebagai obat unggulan.
"Namun, semuanya masih dalam tahap penelitian, sehingga ketika diterapkan kepada masyarakat tidak menimbulkan komplikasi. Para ahli juga akan memformulasikan apakah jamu itu akan menjadi sarana pengobatan atau pencegahan penyakit," kata Prof Jahja.
Kongres dengan tema "Tropical and Infectious Diseases: From Basic to Bed Single for Better Comprehensive Managemeny" itu dihadiri sekitar 400 peserta dari kalangan dokter dan peneliti obat-obatan seluruh Indonesia.
Kongres nasioanl yang dilaksanakan oleh Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unud/Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar itu, akan berlangsung hingga 17 Juli 2010.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.