Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Gelap Gadget dan Video Games untuk Anak

Kompas.com - 24/11/2010, 15:09 WIB

Kompas.com - Anak-anak sekarang memang lebih cepat menguasai perangkat digital. Sejak kecil mengakrabi gadget dan tumbuh di dunia yang menawarkan berbagai kemudahan komunikasi tentu mendatangkan pengaruh bagi tumbuh kembangnya.  Apa saja yang perlu diwaspadai orangtua?

Anak-anak dan remaja saat ini merupakan golongan masyarakat yang digital native. Menurut Kahardityo, peneliti dari Pusat Kajian Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, (Kompas/8/2/10) para digital native ini adalah penduduk asli di dunia digital. Mereka lahir dan tumbuh di era digital yang menjadikan mereka memiliki cara berpikir, berbicara dan bertindak, berbeda dengan generasi sebelumnya yang diibaratkan sebagai digital immigrant.

Keberadaan gadget dan internet saat ini memang membuat anak-anak lebih pintar karena tak terbatasnya pengetahuan yang bisa didapatkan anak. Namun, ada pula sisi negatif yang mengintai. Para pakar mengkhawatirkan para digital native ini cenderung tidak memiliki kecerdasan sosial.

Mayke S.Tedjasaputra, pengajar senior di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengungkapkan, seorang anak memerlukan persentuhan dengan objek yang nyata.

"Permainan digital sudah punya desain khusus. Anak-anak perlu bermain dengan teman dan objek yang nyata supaya mereka bisa belajar melakukan problem solving yang tidak diduga, bukan seperti video games yang sudah ada desainnya," paparnya.

Lewat kegiatan bermain, anak akan mendapatkan banyak pengalaman baru. "Kemampuan anak baru pra operasional, karena itu anak perlu melihat, meraba, menyentuh, dan mengeksplorasi suatu objek secara langsung," terang Mayke.

Mayke menambahkan, gadget, elektronik games yang bersuara, bergerak dan berwarna bisa memberikan stimulus yang terlalu kuat pada anak. Jika sejak usia dini anak sudah terbiasa dengan perangkat digital, dikhawatirkan anak akan malas ketika distimulasi dengan kegiatan belajar yang statis. "Bila sudah terbiasa pada permainan digital yang dinamis tentu anak akan malas melihat huruf-huruf yang statis," urainya.

Dampak negatif dari permainan video games, terutama yang mengandung kekerasan, ini sudah sejak lama disuarakan para ahli. Berbagai penelitian mengaitkan dampak video games pada pembentukan perilaku dan moral anak.

Belakangan para orangtua juga bisa mendapatkan software edukatif untuk anak yang sifatnya merangsang kemampuan belajar anak. Mengenai hal ini Mayke mengatakan boleh saja orangtua memberikan pada anak, tapi tidak pada usia terlalu dini.

Ia menyarankan agar orangtua baru memperkenalkan anak pada perangkat digital setelah anak berusia lima tahun. "Sebelum usia itu takutnya anak mengalami gangguan otot mata karena harus fokus ke satu layar selama berjam-jam. Ini bisa berpengaruh pada kemampuan membaca anak," imbuh playtherapist ini.

Mayke mengakui memang tidak mudah menjauhkan anak dari dunia teknologi dan gadget. Untuk itu ia menyarankan agar orangtua membatasi anak-anaknya dalam mengeksplorasi kecanggihan perangkat digital dan lebih mendorong anak pada permainan yang lebih variatif dan menyenangkan. "Untuk tumbuh sehat anak perlu terus bergerak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau