Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nutrisi dan Cairan Bikin Timnas Beringas

Kompas.com - 20/12/2010, 09:04 WIB

Salah satu yang saya dapatkan adalah bahwa setiap pemain bola, dalam 90 menit pertandingan, akan kehilangan berat badannya sekitar 3 kg. Kehilangan ini pasti karena  kehilangan cairan. Dalam teori cairan, siapapun yang kehilangan berat badan sampai 3% maka kekuatan kontraksi otot akan berkurang sampai 10% dan kecepatan akan berkurang sampai 8%.

Kalau seorang pemain Indonesia dengan berat badan 65 kg, dan kehilangan berat badan 3 kg, maka kehilangan cairannya adalah sekitar 4%. Kalau rata-rata berat badan hilang 1,5 kg per 45 menit, maka kehilangan cairan sudah sampai 2%. Tentunya Anda akan berkata, ”pemain kan minum?” Betul, tapi dalam keadaan panas tubuh tinggi, pusat rasa haus malah seolah diblok oleh otak.

Sehingga anehnya pemain malah minum tidak terlalu banyak. Malah berfokus pada mendinginkan badan. Paling banyak minum 500 cc. Artinya, pada saat mulai di babak kedua, pemain sudah masuk ke lapangan dalam kondisi dehidrasi.  Apa yang terjadi? 15 menit kemudian, stamina drop, kecepatan berkurang, dan satu lagi, akibat kehilangan cairan maka konsentrasi berkurang.

Itu sebabnya pemain sepakbola Indonesia sering kali mengalami kondisi ”salah umpan”, ”pemain malas”, ”kurang kerja sama di menit terakhir”, ”salah pengertian” adalah hal yang sangat lumrah terjadi.

Apa yang harus dilakukan? Menggunakan elektrolit secara sadar. Di dalam timnas sekarang disiapkan cairan elektrolit yang harus segera diminum saat pemain masuk ke ruang istirahat. Kerja ini dibantu oleh dokter ahli gizi. Ketika meminum cairan elektrolit, pemain akan merasa haus, karena elektrolit menyebabkan rangsang pada pusat rasa haus di otak manusia. Sehingga pemain mau minum lagi.

Diusahakan agar pemain meminum 500 cc larutan elektrolit yang disambung dengan meminum 500 cc lagi air putih. Meminum 1 liter cairan artinya kondisi tubuh kembali mendekati normal. Karena itu kecepatan, akurasi, mental pemain relatif tetap terjadi di babak kedua. Pelatih kepala bisa memberi instruksi, pemain tetap segar

Terakhir, walau tidak diprogram oleh tim sport science, dukungan suporter sangatlah membantu kekuatan fisik pemain. Ini alamiah. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan kemampuan orang dalam melawan rasa sakit dan nyeri menjadi lebih tinggi dan lebih hebat ketika diberi dukungan dan sorakan.

Pemain nasional saat ini sangat menyadari dukungan tersebut dan menjadi sangat istimewa ketika Presiden  ikut nonton sampai dua kali. Jiwa mereka tersentuh oleh kedahsyatan rasa cinta masyarakat yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Berebutan beli karcis, melakukan sorakan dan tarian di gelora, dan lainnya.

Ketika sudah sampai di tahap ini, para pemain sudah masuk ke dalam kondisi ”trans”,  yakni kondisi seperti terhipnotis. Mereka mengabaikan semua rasa sakit yang menimpa tubuh mereka.  Kalau sampai ada pemain yang jatuh, itu karena ototnya memang sudah cedera dan tidak bisa digerakkan. Akan tetapi bila dilakukan terapi, dan otot bisa digerakkan, pemain biasanya akan berusaha bangkit.

Sekali lagi, sampai di semifinal kedua piala AFF, terbukti sudah, super team lebih baik dari kumpulan superman.

dr Phaidon Lumban Toruan, Sports Scientist di Badan Tim Nasional

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau