Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumen Kenali Obat Palsu dari Kemasannya

Kompas.com - 28/01/2011, 09:15 WIB

Jakarta, Kompas - Peredaran obat ilegal di pasaran membuat konsumen harus jeli membedakan obat yang ilegal dan legal agar tidak tertipu dan mengonsumsi obat ilegal. Namun, pengenalan atas obat yang legal masih sebatas melihat kemasan.

Kepala Pusat Penyelidikan Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rumonda Napitupulu, Kamis (27/1), mengatakan, konsumen perlu cermat membedakan obat yang layak konsumsi atau tidak.

”Sebenarnya, metode terbaik adalah melalui pemeriksaan laboratorium. Untuk masyarakat awam, satu-satunya jalan agar terhindar dari obat palsu adalah membeli obat dengan resep dokter di apotek terpercaya,” kata Rumonda.

Selain itu, konsumen juga perlu memeriksa kemasan obat dengan teliti. Pemeriksaan kemasan obat itu terkait nomor registrasi obat, segel obat, kemasan utuh atau bocor, label obat, nama obat, produsen, tanggal kedaluwarsa, serta nomor batch.

Rumonda mengatakan, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa tercetak pada kemasan dan menggunakan tinta yang tidak mudah luntur. Namun, pengenalan nomor batch juga membutuhkan keahlian tertentu untuk mengetahui barang itu asli atau tidak.

Dia meminta konsumen untuk berkonsultasi lagi ke dokter jika tidak ada kemajuan setelah meminum obat. Begitu pula jika terjadi keluhan tertentu setelah mengonsumsi obat tertentu.

Dia mengakui peringatan keras kepada masyarakat mengenai bahaya konsumsi obat ilegal serta penyuluhan di masyarakat mengenai cara mengenali obat ilegal adalah salah satu cara untuk memberantas obat palsu.

Jika menemukan kejanggalan tertentu di kemasan obat, konsumen dapat mengadukan temuan itu ke unit layanan pengaduan konsumen BPOM di Jalan Percetakan Negara Nomor 23, Jakarta Pusat, atau menghubungi nomor telepon 426333. Konsumen juga dapat mengirim surat elektronik ke ulpk@pom.go.id atau mengadukan ke Balai POM di masing-masing daerah.

Meracuni konsumen

Kepala Departemen Farmasi Universitas Indonesia (UI) Yahdiana Harahap mengatakan, peredaran obat dan suplemen palsu dapat membahayakan konsumen. Sebab, barang-barang itu berasal dari bahan limbah yang seharusnya dimusnahkan karena telah kedaluwarsa.

Senyawa pada obat dan suplemen kedaluwarsa kemungkinan besar berubah. Perubahan ini bisa dari senyawa yang mengobati sakit menjadi senyawa membahayakan kesehatan. Dampak paling buruk bahkan dapat meracuni penggunanya.

”Batas kedaluwarsa obat ditentukan melalui penelitian medis. Obat itu diperkirakan bertahan dalam waktu tertentu dan dari pengaruh luar seperti suhu udara,” kata Yahdiana.

Dia mencontohkan, suplemen vitamin C yang kedaluwarsa bisa teroksidasi karena pengaruh lingkungan. ”Jika hal ini terjadi, suplemen itu terurai menjadi senyawa lain sehingga memicu terbentuknya batu ginjal pengguna,” kata Yahdiana.

Dia menyayangkan peredaran bahan limbah medis ke pasaran. Seharusnya, limbah medis tidak boleh diperjualbelikan karena pendistribusian barang seperti ini diatur hukum. Pihak yang sengaja menjual barang limbah ke pasaran dapat menghadapi proses hukum. Begitu juga lembaga usaha resmi yang sengaja menjual bahan limbah medis.

”Pemerintah dapat mencabut usaha dan memutus kerja sama pengolahan limbah,” katanya.

Menurut dia, sulit membedakan obat dan suplemen palsu dengan produk resmi. Secara kasat mata, kedua produk ini sama persis. Sebagaimana informasi yang dihimpun Kompas, dua produk ini tidak berbeda. Pembuat obat dan suplemen palsu memakai bahan limbah kedaluwarsa. Mereka hanya mengganti kemasan limbah obat dan suplemen, kemudian memasarkan lagi. Pembuat obat palsu juga mengganti batas kedaluwarsa menjadi dua tahun ke depan.

”Saya sendiri tidak dapat membedakannya. Satu-satunya jalan adalah dengan menguji di laboratorium. Masyarakat awam sulit melakukan hal itu,” kata Yahdiana.

Iskandar (31), pegawai swasta di Depok, khawatir dengan obat murah di pasaran. Jangan-jangan obat yang dia konsumsi bukan produk resmi. Dia sering mengonsumsi salah satu merek obat yang dipalsukan seperti diberitakan media. (NDY/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Remaja 19 Tahun Diduga Alami Alzheimer, Kasus Termuda yang Pernah Dilaporkan
Health
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Alami Stevens Johnson Syndrome, Apakah Bahaya?
Health
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Sakit Kulit Jokowi Dituding Stevens Johnson Syndrome, Kenali Ruam Khas Penyakit Ini…
Health
Jokowi Sakit Kulit Dituding Steven Johnson Syndrome, Ketahui Ini Faktanya…
Jokowi Sakit Kulit Dituding Steven Johnson Syndrome, Ketahui Ini Faktanya…
Health
Dari Hengki Kawilarang Meninggal dengan Komplikasi Diabetes, Kenali Ini Gejalanya…
Dari Hengki Kawilarang Meninggal dengan Komplikasi Diabetes, Kenali Ini Gejalanya…
Health
Gejala Kanker Kolorektal Sering Diabaikan, Ini Peringatan Ahli untuk Kaum Muda
Gejala Kanker Kolorektal Sering Diabaikan, Ini Peringatan Ahli untuk Kaum Muda
Health
Dokter: Perubahan Gaya Hidup adalah Kunci Utama Cegah Pengapuran Sendi Lutut
Dokter: Perubahan Gaya Hidup adalah Kunci Utama Cegah Pengapuran Sendi Lutut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ini Gejalanya…
Hengki Kawilarang Meninggal dengan Kreatinin Tinggi, Ini Gejalanya…
Health
Hengki Kawilarang Miliki Kreatinin Tinggi Sebelum Meninggal, Ini Artinya…
Hengki Kawilarang Miliki Kreatinin Tinggi Sebelum Meninggal, Ini Artinya…
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal Dunia: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Gejalanya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Hengki Kawilarang Meninggal: Sempat Alami Gangguan Ginjal, Kenali Penyebabnya Berikut
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Hengki Kawilarang Meninggal Setelah Alami Diabetes dan Cuci Darah, Kenali Penyakit Ini
Health
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Adam Suseno Alami Pendarahan Hebat akibat Luka Robek, Jalani Operasi Besar
Health
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Hengki Kawilarang Meninggal Pada Usia 47 Tahun karena Sakit Apa? Ini Penjelasannya...
Health
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Hengki Kawilarang Meninggal, Ini Penjelasan Medis Soal Prosedur Cuci Darah
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau