Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Gizi Lebih, Ancaman Tersembunyi pada Anak

Kompas.com - 20/04/2011, 17:00 WIB
EditorAsep Candra

KOMPAS.com - Masyarakat khususnya para orang tua harus mewaspadai ancaman gizi lebih (obesitas) pada anak, mengingat angka kejadiannya yang tergolong relatif tinggi.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional 14 persen, di mana pada penduduk kaya prevalensinya bisa mencapai 14,9 persen sedangkan pada penduduk miskin mencapai 12,4 persen.  Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara tercatat memiliki angka rata-rata prevalensi tertinggi, yakni 19,2 persen.

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.  Menurut Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih,  dampak gizi lebih tidak sekedar mengganggu estetika penampilan. Tetapi menjadi predisposisi atau pemicu faktor risiko berbagai penyakit tidak menular baik degeneratif maupun kardiovaskuler.

"Meskipun prevalensi gizi lebih sudah mengkhawatirkan, tapi keberadaannya sebagai suatu ancaman nyata bagi kesehatan belum banyak disadari masyarakat," ujar Endang, dalam sebuah seminar di Kantor Kementerian Kesehatan, Rabu, (20/4/2011).

Menurut Endang, salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah melalui pengaturan asupan gizi sejak dini pada anak, di samping peningkatan aktivitas fisik dan modifikasi pola hidup.

Di tambahkannya, bagi anak-anak yang kurang melakukan aktivitas fisik secara teratur berisiko menderita gizi lebih. "Yang dibutuhkan anak-anak adalah bergerak,bergerak dan bergerak," imbuhnya.

Menkes memaparkan tiga cara dalam menjaga supaya anak terhindar dari ancaman obesitas. Pertama, dengan mengatur pola makan anak. Orang tua terutama para ibu perlu mengetahui kebutuhan kalori anaknya. Jangan sampai berlebihan, karena tubuh memiliki kemampuan mengubah kelebihan kalori menjadi timbunan lemak.

Kedua, pilihan menu, makanan anak harus sehat dengan zat-zar bergizi yang seimbang. Aturan ini tidak berlaku hanya pada balita, namun juga untuk seluruh keluarga.

Ketiga, mengajak anak lebih banyak beraktivitas fisik. Karena, dengan beraktivitas fisik, energi yang keluar diharapkan bisa seimbang dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi.

"Kita sadar, khususnya anak-anak adalah aset bangsa yang harus diperhatikan. Karena ini merupakan bagian untuk mempersiapkan generasi berikutnya," tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+