Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Dora Berlanjut di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Kompas.com - 10/06/2011, 03:41 WIB

Dora Indriyanti Tri Murni (25) masih terbaring di ruang perawatan Lantai 8 Gedung A RS Cipto Mangunkusumo. Kemarin adalah hari kedua ia berada di RSCM, setelah sebelumnya diterbangkan dari Padang.

Tim dokter RSCM belum menemukan akar penyebab darah mengalir dari kepala Dora.

”Kami masih melakukan observasi terhadap pasien,” ujar Dr Shufrie Effendi SpPD KHOM, dokter RSCM yang merawat Dora, Kamis (9/6).

Sementara darah masih terus keluar dari kepala gadis kelahiran Payakumbuh, 22 September 1985, itu. Sejak dipindahkan ke RSCM pada Rabu lalu, sedikitnya dua kali Dora mengeluarkan darah dari kepalanya.

Sekali mengeluarkan darah, lamanya sekitar tujuh menit. Namun, darah yang keluar tidak banyak, hanya beberapa tetes. Darah itu dibiarkan saja di kepala karena merupakan penyumbat alami aliran darah.

Idealnya, darah yang keluar segera membeku. Pada kasus Dora, proses pembekuan darah tergolong lama.

Namun, tubuh Dora masih kuat mengantisipasi darah yang terus keluar dari tubuhnya. Hingga kemarin, dokter tidak memberikan transfusi darah karena produksi darah dari tubuh Dora masih cukup untuk mengimbangi darah yang keluar itu. Dora juga mengaku tidak merasa sakit ketika darah menetes.

Dora perempuan tangguh. Dia dikenal sebagai kakak yang banting tulang membiayai kehidupan dua adiknya. Tahun 2003, Dora lulus SMA dan merantau ke Batam. Di sana, dia bekerja sebagai operator mesin di sebuah pabrik elektronik.

Dia jarang mengeluh lelah. Namun, suatu hari kondisinya drop. Diperkirakan lantaran terlampau lelah, Dora jatuh dari lantai dua. Kepalanya membentur anak tangga. Pada tahun 2003 juga, darah menetes dari kepala. Padahal, sebelumnya dia tidak pernah mengalami kejadian seperti itu.

Namun, tim dokter belum bisa memastikan keterkaitan antara jatuhnya Dora dari tangga dengan darah yang kerap menetes dari kepala.

Von Willebrand

Tim dokter RSCM menyebut kelainan yang dialami Dora sebagai penyakit Von Willebrand (VWD). Kejadian ini bukanlah yang pertama. Erik von Willebrand asal Jerman sudah mendeteksi kelainan ini pada tahun 1925. Tim dokter RSCM juga pernah menangani pasien asal Solo dengan kasus serupa.

Pada kasus Dora, VWD yang dialaminya tergolong berat dan masuk pada kelas 2N atau 2M. VWD yang ringan berada pada kelas 1 atau 3. Prof Karmel L Tambunan SpPD KHOM yang juga menangani Dora mengatakan, VWD tidak selalu berasal dari garis keturunan. Bisa saja kelainan ini didapat setelah anak lahir.

Apabila VWD didapat orang dari garis keturunan, darah yang keluar dari tubuh biasanya terjadi sejak kecil. Namun, hingga lewat masa menstruasi pertama, Dora tidak mengalami kejadian ini.

Kendati akar penyebab VWD Dora belum jelas, tim dokter optimistis sanggup mengurangi darah yang menetes. Sementara penyembuhan total atas VWD masih belum bisa dipastikan.

Gadis yang pernah jadi kernet angkutan umum, operator mesin di pabrik elektronik, anggota satpam, hingga tukang ojek ini masih harus bersabar untuk menunggu hasil observasi dokter. Semua penyebab VWD Dora baru jelas dalam 2-3 hari mendatang. Setelah itu, tim dokter baru mengambil langkah yang dibutuhkan untuk menanggulangi penyakit gadis yang menghabiskan masa kecil di Medan ini. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com