Hasil investigasi menyebutkan, ditemukan galur E coli baru yang sebelumnya pernah ditemukan sekali pada tahun 1975 dari pasien diare berdarah. Bakteri ini adalah E coli O157:H7 yang kemudian dikelompokkan dalam golongan baru, yakni E coli enterohemoragik (EHEC).
Sejak kejadian itu, berbagai keracunan karena EHEC telah dilaporkan (lihat tabel). Ternyata penyebabnya tidak hanya E coli O157:H7, tetapi ditemukan juga EHEC lain, seperti E coli O157:H-, O111:H-, O26:H11, O4:H-, O11:H-, O45:H2, O103:H2, O104:H2, O111:H8, dan O145:H-.
Kasus yang sedang terjadi di Jerman dan sejumlah negara Eropa lain saat ini dilaporkan disebabkan oleh galur terbaru EHEC, yakni E coli O104:H4.
Kajian ilmiah mengenai bakteri ini menyimpulkan bahwa EHEC memiliki kemampuan menghasilkan setidaknya dua jenis toksin shiga yang juga dihasilkan oleh bakteri Shigella dysenteriae. EHEC ditengarai mendapatkan gen penyandi toksin ini melalui virus.
Dengan kemampuan menghasilkan toksin shiga, tidak seperti E coli lain, kelompok EHEC mampu menimbulkan gejala penyakit yang lebih parah. Setelah bakteri menginfeksi, di dalam tubuh penderita, toksin yang dihasilkan menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal dan otak.
Gejala penyakit yang ditimbulkan bakteri ini meliputi sakit perut yang sangat parah, bahkan kadang digambarkan setara dengan saat melahirkan, diare berdarah (sering disebutkan sebagai no stool, blood only), dan bisa menimbulkan komplikasi, seperti hemolytic uremic syndrome, sindrom yang ditandai anemia akibat terurainya sel darah merah dan gagal ginjal akut, serta thrombotic thrombocytopenic purpura, yakni gangguan yang menyebabkan penggumpalan darah di pembuluh darah halus dan penurunan jumlah keping darah.
Ditemukan di sapi
EHEC adalah mikroorganisme yang lazim ditemukan pada sapi tanpa menyebabkan penyakit pada hewan tersebut. Pencemaran bakteri ini pada daging, khususnya daging giling, sangat mungkin terjadi. Karena kesukaan mengonsumsi hamburger yang undercooked, di AS daging giling dipersyaratkan bebas dari E coli O157:H7.
Pencemaran lahan pertanian oleh kotoran sapi diduga sebagai penyebab ditemukannya bakteri ini dalam sayuran.
Meski demikian, bakteri EHEC tidak memiliki ketahanan panas yang lebih daripada E coli lain. Bakteri ini sesungguhnya sangat mudah dibunuh dengan pemanasan setara pasteurisasi (65 derajat celsius selama 30 menit) sehingga pada makanan olahan seharusnya bakteri patogen ini dapat dihindari.