Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Depresi, Cegah Dampak Buruknya

Kompas.com - 14/11/2011, 17:34 WIB

Oleh : Dr.Andri, SpKJ *

Walaupun sudah sejak dikenal lama di dunia medis, kondisi kejiwaan yang disebut Depresi masih sering disalapahami oleh masyarakat. Seperti juga terminologi stres, masyarakat sering juga mencampurkadukan istilah stres, depresi, sedeng, miring, gila, tidak waras sebagai sesuatu yang mempunyai konotasi arti yang mirip walaupun tidak sama.

Dalam praktek sehari-hari, kadang pasien mengatakan saudara yang dibawanya berobat mengalami stres, atau depresi padahal setelah lebih lanjut dilihat dan diwawancara ini merupakan gejala gangguan jiwa berat skizofrenia yang sering disebut oleh awam sebagai kegilaan. Untuk itu, saya rasa perlu kita untuk sedikit mengetahui apa gejala depresi tersebut.

Tanda dan Gejala Depresi

  1. Mood (suasana perasaan/raut muka) yang depresi, hampir setiap hari, yang diindikasikan baik secara subyektif maupun observasi oleh orang lain
  2. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam segala hal, atau untuk hampir segala hal, aktivitas dalam keseharian, hampir setiap hari
  3. Menurunnya berat badan secara bermakna saat tidak sedang berdiet atau bertambahnya berat badan, atau menurun atau meningkatnya selera makan hampir setiap hari
  4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
  5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
  6. Kelelahan atau hilangnya enersi hampir setiap hari
  7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang tidak serasi atau berlebihan (mungkin merupakan waham) hampir setiap hari
  8. Menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-ragu hampir setiap hari
  9. Pikiran tentang kematian yang rekuren, ide-ide bunuh diri yang berulang tanpa rencana yang spesifik, atau keinginan bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.

Gejala di atas harus ada nyata selama tidak kurang dari 2 minggu dan telah mengganggu fungsi pribadi dan sosial dari individu. Gejala tersebut di atas harus diperhatikan tidak timbul akibat suatu kondisi penyakit tertentu atau pun penggunaan zat.

Benarkah karena Kurang Iman?

Penyebab depresi sampai saat ini tidak ada yang dapat memastikan. Salah satu yang pasti adalah adanya keterlibatan dari ketidakseimbangan sistem monoamine di otak. Suatu sistem yang mengatur kerja neurotransmitter di otak yang bernama Dopamin, Serotonin dan NorEphinephrine.

Sampai saat ini, hipotesis yang dikatakan salah satunya adalah terjadi penurunan kadar dan kerja dari sistem serotonin di sistem itu. Itulah mengapa pasien depresi diberikan obat antidepresan golongan SSRI atau Serotonin Selective Reuptake Inhibitor.

Masyarakat awam sering mengatakan orang yang depresi adalah orang yang tidak bersyukur, kurang imannya atau lemah jiwanya. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang berhasil membuktikan bahwa kalimat di atas benar. Kondisi depresi adalah sama seperti penyakit medis lain merupakan akibat dari ketidakseimbangan sistem di otak manusia.

Dalam praktek saya, banyak menemui pasien-pasien yang begitu taat beragama, rajin ke tempat ibadah namun kemudian menderita depresi karena ada faktor-faktor pemicu dan kondisi medis tertentu. Pada saat pasien mengalami depresi juga seringkali mereka merasa sulit untuk sembahyang dan berdoa. Kondisi ini memang sangat wajar sehingga tidak perlu orang yang mengalami kondisi ini malah semakin dicemooh atau dikatakan kurang imannya.

Dampak Buruk

Di negara maju seperti Amerika Serikat, pemerintahnya sangat perhatian dengan masalah kondisi gangguan jiwa bernama Depresi ini. Hal ini disebabkan karena ketika orang menderita Depresi, produktifitasnya sangat turun sehingga tidak mampu menghasilkan sesuatu yang sama seperti orang yang tidak mengalami depresi.

Pada kondisi medis umum juga depresi sangat berpengaruh. Jika seorang yang sakit kronik yang kebetulan sangat rentan mengalami depresi maka kemungkinan untuk harapan kesembuhannya juga sangat bergantung dari kondisi depresinya. Hal ini lah yang belum banyak dipahami oleh masyarakat bahkan oleh para praktisi kesehatan yang masih berpikir secara fisik biomedis.

Pengobatan Menyeluruh

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah pengobatan pasien depresi harus menyeluruh bukan hanya satu sisi saja. Kita harus memandang gangguan jiwa dari faktor BioPsikososial . Jadi suatu gangguan jiwa bukan hanya disebabkan karena faktor biologi di otaknya saja tetapi juga berhubungan dengan faktor psikologi terutama kepribadian dan pola asuh serta faktor sosial.

Ketiga faktor tersebut perlu mendapatkan porsinya yang sesuai dalam setiap pengobatan gangguan kesehatan jiwa. Semoga apa yang saya berikan dalam kesempatan kali ini dapat berguna untuk kita semakin memahami kondisi gangguan jiwa yang dinamakan Depresi. Salam Sehat Jiwa !

* Psikiater Bidang Psikosomatik Medis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau