KOMPAS.com - Bermain video game tidak selamanya berdampak buruk. Sebuah riset terbaru menemukan bahwa bermain video game dapat meningkatkan kualitas penglihatan, khususnya pada mereka yang memiliki penyakit katarak kongenital.
Upaya pembedahan dan penggantian lensa kontak tampaknya tidak selalu memberikan manfaat maksimal, khususnya pada pasien dengan penyakit katarak bawaan sejak lahir. Karena ketika memasuki usia dewasa, kesempatan mereka mengalami gangguan penglihatan sangat mungkin terjadi.
Dr. Daphne Maurer peneliti dari McMaster University, Kanada dalam risetnya melibatkan enam pasien dewasa berusia 19 hingga 31 yang mengidap katarak bawaan. Pasien ini diminta menjalankan sejenis program permainan yang melibatkan unsur strategi, ketangkasan, dan pemusaatan perhatian secara detil selama 10 jam setiap pekan dalam kurun waktu empat minggu.
Ketika masa program berakhir, mereka yang berpartisipasi dalam riset ini menunjukkan perbaikan dalam hal mendeteksi perbedaan yang halus dalam hal kontras, fokus, mengikuti pergerakan benda-benda kecil, serta membaca huruf cetak halus. Menurut Maurer says, hal ini merupakan bukti bahwa otak dewasa dapat dilatih secara berkelanjutan. Artinya, hal ini dapat dilakukan dalam kondisi keterbatasan indra penglihatan yang sudah ada sebelumnya.
"Setelah memainkan video game action selama 40 jam dalam empat minggu, penglihatan pasien akan lebih baik khususnya dalam melihat tulisan kecil, titik-titik yang bergerak, dan dalam mengenali wajah," kata Maurer.
Penemuan Maurer sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan para ilmuwan dari India. Dr. Somen Ghosh dari Micro Surgical Eye Clinic di Calcutta menemukan bahwa bermain video game selama 40 jam dapat membantu mengobati 'mata malas' atau amblyopia. Ini adalah sebuah kondisi di mana telah terjadi gangguan otak yang membuat salah satu mata tidak dapat melihat dengan jelas.
"Perbaikan ini menjelaskan kepada kita bahwa otak orang dewasa masih cukup mudah dibentuk dan dilatih untuk mengatasi penurunan saraf sensorik," kata Maurer.
Penemuan yang dilakukan Maurer dipresentasikan dalam pertemuan American Association for the Advancement of Science (AAAS) di Vancouver, dan bukan tak mungkin suatu hari nanti akan menjadi terapi baru untuk mereka yang mengidap katarak bawaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.