Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Mengolah Pangan Bisa Picu Kanker

Kompas.com - 02/04/2012, 06:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Sekitar 90 persen kanker usus disebabkan asupan makanan mengandung zat karsinogen. Zat penyebab kanker muncul akibat cara pengolahan makanan keliru.

Menurut Adityawati Ganggaiswari, pakar biomedis dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dalam seminar ”Meningkatkan Kualitas Hidup Ostomate”, Sabtu (31/3), di Jakarta, penggunaan zat anorganik pada makanan sebagai pengawet, pewarna, dan bahan penyedap diketahui memicu sel kanker.

Cara memasak yang keliru bisa menimbulkan senyawa karsinogen pada makanan. ”Contohnya, daging merah yang dibakar terlalu matang akan menimbulkan zat karsinogenik, senyawa heterosiklik amin,” kata Adityawati. Kentang yang digoreng dengan suhu tinggi akan mengandung akrilamida yang bisa memicu kanker.

Kanker bisa terpicu oleh kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat. Demikian pula kebiasaan merokok, jarang berolahraga, dan duduk dalam waktu lama bisa memicu kanker usus.

Tanda keganasan sel berupa kemunculan polip yang tersebar, mulai dari usus besar hingga dubur.

Ostoma

Keberadaan kanker di saluran pencernaan tidak mudah diketahui secara dini. Karena itu, umumnya pasien datang ke dokter dalam stadium lanjut.

Hal ini menyebabkan kanker usus berada pada peringkat keempat penyakit kanker penyebab kematian. Menurut data YKI, 60 persen atau lebih dari 360.000 kasus kanker usus per tahun ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada pengobatan kanker usus, sering kali harus dilakukan pemotongan usus dan pembuatan ostoma (lubang pengeluaran tinja) di bagian perut. Menurut Ketua Umum YKI Nila Moeloek, jumlah orang dengan ostoma makin meningkat.

YKI melalui Indonesian Ostomy Association (InOA), yang berdiri pada 23 Maret 2000, harus meningkatkan pelayanan kesehatan dan pemberian bantuan kantong tinja bagi orang dengan ostoma secara gratis. Belakangan ini, bantuan tersendat karena Australia yang membantu InOA juga harus membantu negara berkembang lain.

Nila berharap dukungan dari para donatur dalam negeri untuk pembelian alat medis tersebut.

Saat ini, untuk mencegah pembuatan ostoma, kata Benny Philippi, dokter ahli bedah dari YKI, dikembangkan teknik sfingter ani. Dengan teknik pembedahan ini, polip dekat anus dapat diambil sekaligus fungsi anus yang merupakan pusat saraf dipertahankan.

Caranya, antara lain, dilakukan penyuntikan jarum radiasi pada polip. Dengan demikian, polip mengecil hingga hilang. (YUN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau