GUANGZHOU, KOMPAS.com - Tatalaksana perawatan kanker memang terus berkembang. Namun berdasarkan standar kesehatan internasional, pengobatan kanker terdiri dari tindakan kemoterapi, pembedahan, dan penyinaran. Sayangnya, metode konvensional tersebut dirasa belum ideal karena tidak semua pasien kuat menghadapi efek samping dari pengobatan tersebut.
Kemoterapi misalnya, obat-obatan bukan hanya menyerang sel kanker tetapi juga sel yang sehat. Kebanyakan pasien juga harus berjuang melawan efek samping berupa rasa mual, lemas, hingga rambut rontok. Inovasi dalam pengobatan tumor yang cukup memberi hasil terapi maksimal dengan efek samping lebih ringan adalah dengan metode minimal invasif.
China merupakan negara yang paling agresif mengembangkan metode tersebut. Prinsip metode minimal invasif adalah menyerang hanya sel-sel kanker dalam tubuh pasien saja, sehingga efek sampingnya bisa dilokalisir dan luka sayatannya kecil.
Lin Zhi Cheng, chairman grup medis BOAI yang membawahi RS Modern Guangzhou, mengatakan fokus pengobatan dengan metode minimal invasif adalah berdampak panjang, tuntas, menghemat biaya, dan masa pemulihan yang cepat.
"Dulu pengobatan China memang identik dengan herbal, tetapi kini kami berkembang dengan menggabungkan metode kedokteran Barat dan Timur. Kanker adalah penyakit kritis sehingga jika dikombinasikan dengan metode timur pemulihan pasien lebih cepat," katanya saat menerima kunjungan media dari Indonesia, di Guangzhou, China, Sabtu (28/4/12).
Di RS Modern Guangzhou, terdapat 5 teknik terapi dengan minimal invasif yang menjadi unggulan, antara lain intra-arterial intervention (lokal kemoterapi), penanaman biji radiopartikel, radiofrequency ablation, cyrosurgery (pembekuan sel tumor), serta metode nanoteknologi.
Menurut dr. Peng Xiao Chi, ketua tim onkologi RS Modern Guangzhou, jenis dan metode pengobatan akan disesuaikan dengan jenis kanker, tingkat keganasan, dan kondisi pasien. Namun intinya adalah membunuh sel kanker dengan berbagai cara.
"Terkadang pasien harus melakukan dua atau lebih metode, misalnya jika sudah terjadi penyebaran ke organ tubuh lainnya. Setelah dilakukan satu metode pengobatan akan dievaluasi untuk mengetahui perlu tidaknya metode lain," kata Peng.
Dia menambahkan pada kanker stadium awal tingkat keberhasilan dengan metode minimal invasif mencapai 90 persen, sedangkan pada pasien dengan stadium sedang angka keberhasilan mencapai 60 persen. "Pada kanker stadium akhir pengobatan bertujuan memperpanjang usia dan mengurangi nyeri, " katanya.
Metode terapi invasif, menurut Lin, sebenarnya dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Akan tetapi menurutnya jam terbang dokter-dokter di China dalam melakukan metode itu lebih tinggi karena jumlah penduduknya lebih banyak.