Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narti Menahan Kanker hingga Busuk

Kompas.com - 02/05/2012, 10:49 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com — Sakit dan nyeri di bagian payudara sebelah kiri dirasakan Narti (47) sejak beberapa bulan terakhir. Karena tidak mampu berobat maksimal, penyakit yang akhirnya diketahui sebagai kanker payudara itu pecah, membusuk, bahkan kadang ditemukan belatung bersarang di lukanya.

Warga Jalan Tambak Asri Dahlia I Nomor 16, Surabaya, itu pun kini tidak lagi dapat beraktivitas sebagai buruh pada sebuah pabrik pengolahan garam di kawasan Jalan Raya Dupak Surabaya. Narti terkulai tak berdaya di kediamannya yang berukuran sekitar 3 x 4 meter di kawasan padat penduduk dengan hanya ditemani suami tercintanya, Kamidi (72).

Menurut Kamidi, penyakit kanker payudara Narti sebenarnya bermula dari benjolan kecil di payudara sekitar 3 tahun lalu. Benjolan itu kemudian ditutup Narti dengan koyo. Lambat laun, benjolan kecil itu menjadi luka dan semakin membesar. ''Meski sudah terasa sakit, Narti tetap bekerja dan menghiraukan rasa sakitnya itu,'' katanya, Rabu (2/5/2012).

Saat sudah menjadi luka dan mulai menimbulkan aroma busuk, Narti masih tetap bekerja, dia menutup lukanya dengan kapas yang diisolasi. Untuk menghilangkan bau, Narti menaburi lukanya dengan tembakau dan kopi. "Kalau ditanya, bilangnya cuma bisul. Supaya enggak bau, dikasih tembakau sama kopi," terang Kamidi yang menikahi Narti sejak 7 tahun lalu itu.

Narti memutuskan berhenti bekerja pada Agustus 2011 lalu, saat benjolan di payudara Narti yang sebesar mangkuk itu pecah serta mengeluarkan darah dan nanah. Kamidi yang hanya berprofesi sebagai tukang becak tidak dapat berbuat banyak selain hanya merawat dan membersihkan luka Narti yang semakin hari semakin melebar.

Kamidi sempat membawa Narti ke RSUD dr Soetomo dengan bekal kartu Jamkesmas. Namun, menurut Kamidi, di sana dia hanya disibukkan dengan pengurusan surat yang menurutnya hanya menghabiskan tenaga dan pikiran. Sementara Narti dirasa belum dapat pelayanan pengobatan yang maksimal. ''Di sana saya hanya dapat capek, jadi lebih baik saya rawat sendiri di rumah,'' ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com