Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2012, 06:56 WIB

KOMPAS.com - Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan mendengkur dan kantuk berlebihan di siang hari. Kini telah diketahui bahwa sleep apnea dapat menyebabkan hipertensi, gangguan jantung, diabetes hingga stroke. Diagnosa pasti sleep apnea membutuhkan pemeriksaan polisomnografi di laboratorium tidur.

Para peneliti dari Saskatchewan, Kanada, mengungkapkan bahwa sikutan dari pasangan yang terganggu oleh suara ngorok bisa memprediksi adanya sleep apnea.

Penelitian yang diungkapkan pada pertemuan tahunan the American College of Chest Physicians 2012, menanyakan 124 orang yang diperiksa di laboratorium tidur, apakah mereka pernah disikut atau disenggol karena mendengkur atau terlihat sesak saat tidur. Lalu orang-orang ini dianalisa tidurnya dengan polisomnografi.

Dalam pemeriksaan tidur dinilai henti nafas yang dialami. Indeks henti nafas 0-5 kali perjam, dinilai normal. 5-15 kali perjam sleep apnea ringan, 15-30 sedang, dan lebih dari 30 kali perjam adalah sleep apnea parah.

Hasilnya, jika seseorang pernah dibangunkan karena suara ngorok, ada kemungkinan 4 kali lipat dia memiliki henti nafas lebih dari 5 kali perjam. Artinya positif menderita sleep apnea.

Sementara orang yang pernah dibangunkan karena tampak sesak saat tidur, ia punya kemungkinan 6 kali lebih besar memiliki indeks henti nafas lebih dari 5 setiap jamnya.

Jawaban pernah disikut saat mendengkur dapat mengidentifikasi penderita sleep apnea sebanyak 84%. Sementara jawaban pernah dibangunkan akibat tampak sesak saat tidur dapat mengidentifikasi penderita sleep apnea 65%.

Penelitian yang tampak "kurang kerjaan" ini sebenarnya bisa bermanfaat di kehidupan sehari-hari untuk mengenali kemungkinan seseorang menderita sleep apnea atau tidak. Karena sleep apnea memiliki resiko kesehatan yang tak kecil.

Pertanyaan mendengkur atau tidak, pernah disikut karena ngorok atau sesak saat tidur, dapat menyelamatkan nyawa seseorang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com