Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2012, 09:21 WIB

TANYA :

Sebelum saya berhenti merokok.  Dulu saya perokok berat bisa habis 1-2 bungkus dalam 1 hari. Waktu merokok saya jarang sekali kena sariawan,  dalam setahun hanya sekali kena sariawan. Tetapi setelah saya berhenti merokok, saya menjadi sering sekali kena sariawan hampir setiap bulan . Paling lama dua bulan sudah kena sariawan lagi, yang rata-rata sembuh dalam 4 sampai 7 hari. Pertanyannya, apakah ada kaitannya merokok dan sariawan, dan bagaimana mengatasi sariawan yang saya derita terima kasih. 

(Suwandi, 33 tahun, 55 kg, 165 cm , Malang)

JAWAB :

Bapak suwandi yang baik,

Kebiasaan merokok justru akan menimbulkan berbagai masalah di dalam seluruh tubuh anda, termasuk di dalam rongga mulut. Berikut saya paparkan berbagai macam kelainan yang dapat timbul di dalam rongga mulut yang berkaitan dengan tembakau:

1.    Keratosis rokok.
Keratosis rokok adalah suatu bukti reaksi spesifik pada orang-orang yang menghisap rokok tanpa filter dalam jangka waktu yang sangat pendek. Luka-lukanya berdekatan satu sama lain ketika mulut ditutup, mengenai bibir atas dan bawah di lokasi penempatan rokok. Menghentikan kebiasaan merokok biasanya memberi kesembuhan.

2.    Stomatitis nikotin (sariawan akibat nikotin).
Merupakan suatu respons dari struktur-struktur ektodermal pada langit-langit mulut pasien yang menghisap pipa atau cerutu berkepanjangan. Luka yang timbul berwarna putih keabu-abuan, disertai luka berwarna merah cekung. Berhenti menghisap rokok akan meredakan luka ini.

3.    Bercak snuff dipper (Luka pada pengunyah tembakau).
Suatu daerah kuning-putih berkerut pada lipatan mukosa gusi dan mukosa pipi atau bibir rahang bawah adalah indikator dari penggunaan tembakau tanpa dibakar. Tembakau yang tidak dibakar dapat digunakan dalam berbagai bentuk (dihisap baunya, dicelup, disumbatkan, atau dikunyah) dan meninggalkan tanda-tanda khasnya di daerah yang biasa disisipi tembakau terebut. Untuk mendapatkan kesembuhan, dianjurkan menghentikan pemakaiannya. Jika penampilan normalnya tidak kembali dalam 14 hari serelah pemakaian tembakau dihentikan, maka perlu dilakukan tindakan biopsi oleh Dokter Gigi.

4.    Karsinoma verukosa.
Memiliki ciri-ciri massa keputih-putihan seperti kembang kol dan bertangkai seperti kutil, disertai bintik-bintik merah muda dan merah. Pria diatas usia 60 tahun yang memakai tembakau (bukan dirokok) paling sering mengidapnya. Perawatan yang dianjurkan adalah eksisi bedah yang luas oleh Dokter Gigi.

5.    Eritroleukoplakia dan speckled eritroplakia.
Luka yang timbul berupa bercak merah yang mengandung bintik-bintik putih merata di seluruh luka terutama di daerah pinggir lidah, mukosa pipi, dan langit-langit lunak. Paling sering terjadi pada pria diatas usia 50 tahun. Kejadian ini sering dihubungkan dengan merokok berat, alkoholisme, dan kebersihan mulut yang buruk. Tindakan yang diperlukan adalah biopsi oleh Dokter Gigi.

6.    Karsinoma sel skuamosa.
Merupakan tipe yang paling umum dari kanker mulut. Rata-rata terjadi pada pasien usia 40 tahun, baik pria maupun wanita. Dapat terjadi di pinggir lidah, dasar mulut, gusi, mukosa pipi, bibir, dan langit-langit mulut. Keluhan yang paling sering adalah rasa sakit yang menetap, merasa kebas atau  merasa terbakar, kesulitan berbicara atau menelan. Tindakan biopsi oleh Dokter Gigi harus segera dilakukan.

7.    Melanosis perokok (pigmentasi yang berhubungan dengan merokok).
Merokok memberi perubahan warna yang khas pada permukaan-permukaan mukosa yang terpapar. Tanda-tanda melanosis perokok adalah adanya bercak coklat yang menyebar dengan ukuran beberapa sentimeter. Paling sering terjadi pada gusi depan rahang bawah. Daerah rawan lainnya adalah mukosa bibir, langit-langit, lidah, dasar mulut, dan bibir.

Merokok merupakan salah satu pemicu terjadinya sariawan, namun mekanisme terjadinya sariawan akibat rokok cukup panjang. Ketika seseorang menghisap rokok, asap rokok yang mengandung jutaan zat kimia akan masuk ke dalam rongga mulut dan mempengaruhi bagian-bagian di dalam mulut, termasuk gigi, gusi, lidah, dan langit-langit mulut.

Rangsangan panas  dari asap rokok dapat menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran air ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob (suasana bebas zat asam), sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri anaerob dalam mulut. Pada kondisi mulut yang kering dan penuh bakteri-lah yang akan memicu terjadinya sariawan.

Pada kasus anda yang telah berhenti merokok namun justru semakin banyak sariawannya, merupakan efek samping dari kebiasaan sebelumnya yang masih timbul. Saat ini, yang perlu anda lakukan adalah menciptakan kondisi rongga mulut anda untuk mendukung penyembuhan sariawan. Jika saat ini kondisi mulut anda dipenuhi dengan karang gigi, sebaiknya dilakukan dulu pembersihan karang gigi di Dokter Gigi. Setelah bebas karang gigi, jagalah kebersihan mulut anda dengan melakukan kebiasaan menyikat gigi dan lidah dengan tepat (anda dapat membaca artikel pada tanggal 31 Oktober 2012 mengenai “cara menyikat gigi tepat atasi sakit gusi”).

Setelah itu dapat dilakukan terapi suportif berupa memperbanyak asupan makanan khususnya yang mengandung vitamin B12 dan zat besi seperti sayur-sayuran. Sedangkan terapi farmakologis untuk sariawannya adalah berupa pengobatan topikal (langsung pada lesi) dan non topikal, anda dapat minta resepnya kepada Dokter Gigi anda.

Sariawan yang timbul akibat merokok memang diperlukan perawatan yang menyeluruh pada seluruh bagian di dalam rongga mulut, bukan hanya fokus pada sariawannya saja. Sehingga tidak akan timbul lagi sariawan di masa yang akan datang.

Demikian Bapak Suwandi, semoga informasinya bermanfaat.

Salam gigi sehat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau