Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Shooting" di Rumah Sakit Ganggu Keluarga Pasien

Kompas.com - 28/12/2012, 03:27 WIB

Jakarta, Kompas - Kegiatan shooting sinetron di selasar di sekitar ruang perawatan intensif (ICU) RS Anak dan Bunda Harapan Kita dikeluhkan keluarga pasien. Kekecewaan itu disampaikan oleh Kurnianto Ahmad Thoyfur (47), Kamis (27/12), yang kehilangan anaknya yang sedang dirawat di ICU.

”Kegiatan shooting itu membuat saya tak nyaman, padahal kami sekeluarga sedang bersedih karena anak bungsu saya sedang kritis dengan kondisi perdarahan akibat leukemia,” tutur ayah tiga anak ini. Belakangan diketahui bahwa shooting itu untuk sinetron Love in Paris.

Kurnianto menuturkan, Rabu (26/12) malam, anak bungsunya, Ayu Tria Desiani (9), sedang kritis dengan kondisi perdarahan dari dubur, mulut, dan hidung. Saat ditangani tim medis RSAB Harapan Kita, Ayu langsung direkomendasikan dirawat di ICU agar memperoleh perawatan intensif.

Kurnianto, yang berharap kondisi putrinya segera membaik, kaget saat pintu lift terbuka di lantai dua ada orang-orang yang sibuk shooting sinetron, berikut sejumlah properti yang terserak di beberapa tempat di selasar ICU.

”Tempat tidur dorong yang mengangkut anak saya sampai kesulitan untuk melintas di selasar itu,” tutur Kurnianto saat dijumpai di rumahnya di RT 004 RW 009 Kelurahan Pisangan Baru, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Kamis (27/12) siang.

Pelayanan memuaskan

Meski demikian, Kurnianto mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit untuk anaknya.

”Penanganan untuk anak saya relatif cepat. Saat masuk ruang ICU tubuhnya langsung dipasang alat rekam jantung dan beberapa alat lainnya meski kami menggunakan kartu Jamkesda untuk perawatan kesehatan Ayu di rumah sakit ini,” katanya.

Saat dikonfirmasi, Ida, dari Humas RSAB Harapan Kita, membantah shooting sinetron itu mengganggu pasien. Menurut Ida, lokasi shooting dan lokasi perawatan pasien berbeda.

”Tempat shooting di ruang ini (sambil menunjuk ruang ICU Wijaya Kusuma), sedangkan pasien ada di ruang khusus ICU untuk perawatan. Jadi, kegiatan itu tidak mengganggu perawatan pasien,” ucap Ida kepada sejumlah wartawan.

Ida melanjutkan, sejak semalam, ruang ICU Wijaya Kusuma yang biasa digunakan tempat penyimpanan barang dialihfungsikan menjadi lokasi shooting. Sutradara membutuhkan lokasi di rumah sakit karena salah seorang tokoh dalam sinetron dikisahkan menderita leukimia.

Pasien Ayu Tria (9) bukan meninggal karena ditelantarkan oleh rumah sakit. Saat masuk rumah sakit, pasien langsung dilarikan ke unit gawat darurat dan segera dirawat.

Karena ruang ICU penuh, pihak rumah sakit memeriksa lebih dulu apakah ada pasien yang dapat dipindahkan sebelum Ayu Tria masuk ICU. Setelah itu, paramedis memindahkan pasien yang sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan sehingga Ayu Tria mendapat tempat di ICU.

”Dia (Ayu Tria) meninggal di ruang ICU. Di sana dokter berjaga 24 jam. Jadi, tidak ada penelantaran pasien semalam,” kata Ida kepada media.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emmawati yang dihubungi semalam mengaku, pihaknya telah menghubungi pimpinan rumah sakit. ”Intinya, kegiatan shooting sinetron di lingkungan UGD dan ICU memang mengganggu pasien, terutama menyangkut cahaya lampu yang panas dan menyilaukan,” tegasnya.

Di luar hal itu semuanya sudah sesuai dengan prosedur standar operasional.

Ia mengungkapkan, pimpinan rumah sakit pun sudah dipanggil Wakil Menteri Kesehatan. ”Dirut rumah sakit, Pak Ahmad, bilang kapok. Kata beliau, ini yang terakhir. Wamenkes juga katanya mau melarang kegiatan shooting di rumah sakit,” ucap Dien.(MDN/WIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com