Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2013, 08:31 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com — Pria muda asal Tennessee, Amerika Serikat, mengalami kondisi kesehatan yang cukup mengkhawatirkan. Tanpa adanya tanda penyakit, dia mengeluarkan darah dari matanya.

Kondisi tersebut membuat pria itu seperti "menangis darah".  Bahkan, pria itu telah membuat para dokter terbaik kebingungan atas penyakit yang dideritanya.

Pria itu adalah Michael Spann, yang pada usia 22 tahun berjalan dari tangga rumahnya di daerah Antioch, Tennessee. Saat itu, dia merasa sakit yang sangat parah pada kepalanya. Setelahnya, Spann pun sadar, darah segar keluar dari mata, hidung, dan mulutnya.

"Saat itu aku merasa kepalaku habis dipukul dengan palu yang besar," katanya.

Kini, tujuh tahun berlalu sejak kejadian itu. Sakit kepala dan "menangis darah" merupakan kondisi rutin yang dialaminya. Paling tidak dalam seminggu, kondisi itu datang sekali atau dua kali.

Meksipun tidak memiliki asuransi kesehatan yang memadai, Spann diminta oleh para dokter di Claveland Clinic, Tennessee, untuk menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan. Namun hingga sekarang, para dokter belum juga dapat menemukan pengobatan yang tepat bagi Spann.

Fenomena "menangis darah" juga dialami oleh Calvino Inman di tahun 2009. Saat sedang di kamar mandi, dia melihat cermin dan begitu terkejut menemukan darah mengalir dari matanya. "Aku melihat diriku di cermin, dan aku pikir aku akan mati," katanya.

Kemudian, dia pun dilarikan ke unit gawat darurat, tetapi dokter belum dapat mendiagnosis penyakitnya. Sejumlah pemeriksaan seperti CT Scan dan MRT (magnetic resonance imaging), dan USG tidak memberikan petunjuk apa pun.

Para ahli pun menamai kondisi yang menjadi misteri selama berabad-abad ini sebagai haemolacria. Di abad ke-16, dokter asal Italia Antonio Brassavola menemukan seorang biarawati yang tidak hanya mengeluarkan darah menstruasi, dia juga mengeluarkan darah dari mata dan telinganya setiap bulan.

Sementara itu, pada tahun 1951, dokter asal Flandria Rembert Dodoens memeriksa seorang gadis usia 16 tahun yang mengalirkan darah dari matanya.

Dr Barret G Haik, direktur University of Tennessee's Hamilton Eye Institute di Memphis, menulis tinjauan empat kasus haemolacria, mengatakan, "menangis darah" merupakan kondisi medis yang sangat jarang terjadi. Namun, biasanya kondisi ini sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Menurut Haik, haemolacria terjadi karena cedera kepala dan trauma lainnya, tetapi pada kasus Inman dan Spann, penyebabnya tidak diketahui. "Jika tidak diketahui penyebab aslinya, maka belum dapat dilakukan eliminasi kemungkinan apa pun," ujarnya.

Sebelum "menangis darah"-nya sembuh, Spann yang berprofesi sebagai artis dan berharap dapat memiliki karier di desain fashion ini masih harus berjuang dalam hidupnya. Pasalnya, dia harus kehilangan pekerjaannya begitu penyakitnya kambuh.

"Jelas, aku tidak bekerja di tempat umum jika masih mengalami kondisi ini. Aku juga selalu dengar komentar miring tentang diriku dari tetangga. Aku sungguh tak ingin mengalami penderitaan lebih dari ini," ratapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau