Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/10/2013, 14:21 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com-Sesak atau rasa sakit di dada identik dengan gejala serangan jantung. Namun pada kenyatannya, sensasi seperti terhimpit tidak hanya merupakan gejala serangan jantung. 

Sesak dada juga menjadi gejala penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Penyakit ini terjadi akibat lemahnya lingkaran otot yang merupakan pembatas antara esofagus dan lambung. Akibatnya asam lambung mengalir keluar dan berpotensi mengakibatkan sesak di dada.

Namun tentu saja sesak dada yang menjadi tanda serangan jantung dan GERD berbeda. "Rasa sesak akibat GERD menjalar ke seluruh tubuh. Sedangkan sesak akibat serangan jantung menjalar pertama kali di bagian tubuh sebelah kiri, baik punggung atau leher," kata spesialis penyakit dalam dari FKUI RSCM  Ari Fahrial Syam  pada seminar awam Nyeri Dada, Gejala Asam Lambung atau Jantung di Jakarta, Sabtu (26/10/2013).

Perbedaan lain terletak pada gejala yang menyertai sesak dada. Ari mengatakan, sesak karena GERD disertai rasa panas dan terbakar dari dalam. Selain itu, mulut penderita GERD terasa sangat pahit. Gejala ini tidak dijumpai pada  sesak dada akibat penyakit jantung.

Bila masih tidak yakin, Ari menyarankan untuk menggunakan kuesioner GERD. Kuesioner ini berisi pertanyaan seputar gejala penyakit GERD, yang terjadi selama seminggu terakhir. Bila nilai total kuesioner lebih dari atau sama dengan 8, maka bisa dipastikan penyakit yang dialami adalah GERD.

Kuesioner GERd terdiri atas 6 pertanyaan. Dua pertanyaan pertama menanyakan adanya gejala GERD berupa panas dada seperti terbakar (heart burn), dan adanya sesuatu yang balik arah (regurgitasi). Dua pertanyaan berikutnya menanyakan adanya gejala berupa nyeri ulu hati dan mual. Sedangkan dua pertanyaan terakhir dari GERD Questioner (GERDQ) mencakup adanya gangguan tidur dan obat yang diberikan untuk mengatasi keluhan tersebut.

Poin diberikan berdasarkan frekuensi kejadian selama seminggu terakhir. Bila gejala tidak dirasakan dan tidak mengkonsumsi obat maka skor yang diberikan 0. Jika gejala dan frekuensi konsumsi obat terjadi selama 1 hari maka nilai yang diberikan satu. Nilai makin bertambah bersaman dengan semakin seringnya frekuensi gejala dan konsumsi obat. Frekuensi 2-3 hari mendapat skor 2, sedangkan frekuensi 4-7 diberi nilai 3.

"Gejala mulut pahit, heart burn, dan rasa panas sudah bisa dipastikan 90 persen GERD. Dengan kuesioner ini maka diagnosa semakin pasti," kata Ari.

Bila mengalami gejala tersebut, Ari menyarankan untuk segera memeriksakan diri dan mengobati GERD yang diderita. GERD bisa dikendalikan dengan pemberian obat penurun asam lambung dari jenis omeprazol atau ranitidin. Selain itu penderita diharap memperhatikan asupan dengan menghindari daging merah, coklat, dan keju yang bisa memicu asam lambung.

Lebih lanjut Ari mengatakan, GERD tidak hanya menyebabkan nyeri dada. GERD yang dibiarkan bisa menyebar ke gigi dan menyebabkan erosi dental, sampai tenggorokan kemudian memicu faringitis kronis, atau di paru-paru menimbulkan fibrosis paru idiopatik. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau