Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2013, 08:30 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS com
 — Sejenis virus flu baru ditemukan pada kelelawar Peru. Virus tersebut ditemukan melalui sebuah studi baru yang dilakukan oleh Pusat Pengontrolan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada 114 kelelawar.

Adalah virus A/kelelawar/Peru/10 virus yang termasuk dalam golongan virus influenza A ini utamanya menyerang unggas. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan virus ini juga dapat menyerang binatang lain, termasuk manusia.

Virus influenza A merupakan virus yang memiliki dua protein di permukaannya, yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N) atau dengan rumus kimia H1N1. Sebelumnya, diketahui ada 17 tipe protein H dan 10 tipe protein N. Namun, protein yang ada di permukaan virus A/kelelawar/Peru/10 sangat langka, dan akhirnya dirumuskan sebagai jenis virus baru: H18N11.

Menurut peneliti studi Ruben Donis, Direktur Peraturan, Evaluasi, dan Persiapan di Divisi Influenza CDC, tes yang telah dilakukan terhadap virus tidak menunjukkan hasil yang begitu darurat dalam penularannya terhadap manusia. Sejauh ini, para peneliti tidak dapat menumbuhkan virus pada sel manusia atau primata sehingga kemungkinan virus ini sulit menular pada manusia.

"Virus juga membutuhkan tempat yang spesifik untuk tumbuh, misalnya di sel usus kelelawar," kata dia.

Dengan kata lain, dia menambahkan, para peneliti belum cukup bukti untuk yakin bahwa virus tersebut dapat menginfeksi manusia.

Tahun lalu, para peneliti juga mengidentifikasi virus influenza A yang langka, H17N10. Mereka menemukannya dalam kelelawar buah di Guatemala.

Sejauh ini, diketahui belum ada virus flu dari kelelawar yang dapat menular ke manusia. Meski begitu, kelelawar dikenal sebagai inang dari patogen lain yang dapat menular pada manusia, misalnya sindrom pernapasan akut. Kelelawar juga diketahui sebagai inang MERS.

Kelelawar juga menjadi inang bagi perubahan genetik virus flu. Ditemukannya keanekaragaman virus dalam tubuh kelelawar merupakan bukti bahwa virus telah berevolusi dalam waktu yang lama di tubuh binatang tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com