Parry diketahui memiliki sebuah kondisi genetik aneh yang membuat wangi parfum sebagai pemicu migrain. Pasangan Parry dan Jones sama-sama khawatir keadaan ini akan bertambah buruk di kemudian hari.
"Kami khawatir keadaan ini akan mengancam jiwanya jika tidak dapat juga disembuhkan. Aku pun berusaha untuk menjauhkan suamiku dari parfum, sekaligus mengharapkan kondisinya semakin membaik. " ujar Jones.
Parry awalnya merasakan migrain di usianya yang ke-14. Semakin lama, serangan migrain semakin kerap dia rasakan hingga dia kehilangan kemampuannya untuk menggerakan tangan dan kakinya, bahkan berbicara. Belakangan, dia mengetahui migrain yang dia alami bukanlah migrain biasa, melainkan migrain hemiplegik.
Lantaran kondisi yang dialaminya, Parry pun terpaksa untuk berhenti bekerja di industri keuangan. Dia pun khawatir migrain yang kerap dialaminya dapat merusak otaknya.
"Sebagian orang bereaksi pada cokelat, keju, alkohol, dan kafein, jadi aku menghindari itu semua demi mencegah kondisiku bertambah parah. Namun tubuhku paling kuat bereaksi pada wewangian, bahkan parfum istriku membuatku pingsan," pria tiga anak ini.
Menurut The Migraine Trust, migrain hemiplegik merupakan serangan migrain yang menyebabkan kelemahan sementara pada salah satu sisi tubuh. Migrain ini umumnya terkait keturunan dan terjadi pada dua atau lebih orang dalam satu keluarga. Anak yang lahir dari orangtua dengan kondisi ini 50 persen kemungkinan akan mengalaminya juga.
"Saat serangan, aku merasakan rasa terbakar pada sisi kanan otakku diikuti dengan kelumpuhan otot bertahap. Dalam seminggu aku mengalami dua hingga tiga serangan. Ini merupakan kondisi yang menyulitkan dan memengaruhi setiap aspek dalam hidupku," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.