Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/01/2014, 15:11 WIB
Penulis Wardah Fajri
|
EditorAsep Candra
KOMPAS.com - Kebiasaan makan benda yang tak lazim dimakan atau makanan yang tidak ada nutrisinya sama sekali disebut sebagai pica. Kelainan makan ini biasanya ditemui pada anak dan wanita hamil. Meski begitu, kejadiannya terbilang jarang dan biasanya terjadi karena masalah emosional.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Prima Progestian mengatakan kelainan makan pica dialami oleh orang dengan gangguan psikiatrik.

"Pica merupakan perilaku makan makanan yang tidak ada nutrisinya. Orang normal nggak akan punya kelainan ini," ungkap Prima saat dihubungi Kompas Health beberapa waktu lalu.

Menurutnya, kelainan pica yang terjadi pada anak dan wanita hamil bisa saja terjadi ketika mereka kekurangan kasih sayang dan perhatian. Juga bisa berhubungan dengan masalah kekurangan gizi.

"Pica pada ibu hamil bukan pengaruh hormon atau stres kehamilan. Stres mungkin bisa berpengaruh, karena mual muntah selama hamil, suami tidak perhatian, jadi ibu hamil cari perhatian. Ada faktor emosional dalam kelainan makan pica. Faktor emosional juga bisa ada pada anak," terangnya.

Selain gangguan psikoneurologis, pica juga terjadi pada ibu hamil karena faktor kebiasaan. Prima mengaku pernah menangani pasien yang mengalami pica karena melihat kakak pernah melakukan perilaku makan yang sama.

"Karena lihat kakak sat hamil mual makan es batu untuk kurangi mual, ada pasien yang melakukan hal sama. Jadi pica terjadi karena faktor kebiasaan," tuturnya.

Makan es batu hanya salah satu contoh saja. Kelainan makan pica biasanya membuat seseorang makan kotoran manusia, rambut, tanah, kapas, urin, kaca, baut, dan benda lainnya yang tak lazim.

"Ada satu dua kasus ibu hamil yang mengalami kelainan makan ini. Biasanya makan es batu," ungkap Prima.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com