Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/01/2014, 19:29 WIB
|
EditorAsep Candra


KOMPAS.com
- Sebuah ungkapan lama mengatakan, buku yang baik, khususnya cerita fiksi, dapat membuat pembacanya melebur ke dalam kisah di dalamnya. Sebuah studi baru dari Emory University kini mengonfirmasi kebenaran ungkapan tersebut. Menurut studi itu, aktivitas otak seseorang berubah ketika tengah terbenam dalam buku.

Ketua studi dan direktur Emory University's Center for Neuropolicy, Profesor Gregory Berns mengatakan, temuan ini dapat membantu ilmuwan untuk memperdalam pengetahuan tentang perilaku otak. Studi tersebut juga menemukan, orang yang membaca buku memiliki kemampuan berbahaya yang lebih komprehensif dan rasa empati yang lebih kuat.

"Cerita dalam buku membantu membentuk kehidupan dan dalam beberapa kasus membantu mendefinisikan seseorang. Kami ingin tahu bagaimana cerita masuk ke dalam otak dan proses di balik itu," ujar Berns.

Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Brain Connectivity ini, tim peneliti melibatkan 21 orang untuk membaca buku yang sama, Pompeii, karya Robert Harris selama 19 hari. Buku tersebut menceritakan seorang protagonis yang hidup di luar kota Pompeii dan menyadari keanehan yang terjadi di sekitar gunung berapi.

"Buku juga memiliki narasi yang kuat, menggambarkan seorang pria ingin menyelamatkan wanita yang dia dicintai. Sementara gunung berapi terus bergejolak namun tidak ada warga kota yang menyadarinya," jelas Berns.

Peneliti melakukan pemindaian otak dengan alat fMRI (functional magnetic resonance imaging) untuk mengamati aktivitas otak peserta sebelum, saat, dan setelah membaca buku. Mereka memberikan jeda sekitar lima hari setelah tes membaca untuk melihat periode waktu berlangsungnya efek.

Hasilnya, saat dalam hari-hari membaca buku, peserta memiliki aktivitas otak yang berbeda dengan saat tidak membaca buku, khususnya pada bagian koteks somatosensorik dan sulci pusat yang bertanggung jawab dalam kemampuan visualisasi aksi tertentu tanpa harus melakukan aksi tersebut.

"Perubahan saraf yang kami temukan berhubungan dengan sensasi fisik yang membuat seakan-akan membuat pembaca menjadi si protagonis dalam cerita," jelas Berns.

Tahun lalu, tim psikolog menemukan, orang secara tidak sadar paling tidak dalam beberapa waktu pernah menjadi karakter fiksi favoritnya. Dengan begitu, seseorang sekaligus menjadi lebih memiliki empati.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+