Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2014, 17:28 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com - Cegah iritasi, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL) imbau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi erupsi gunung berapi untuk selalu menggunakan penutup mulut dan hidung. Warga juga disarankan mengawasi ventilasi udara untuk berjaga jika ada debu atau abu yang masuk.
 
"Selalu gunakan masker dan kalau bisa batasi bepergian ke luar rumah. Selain itu sumur gali yang terletak di luar rumah sebaiknua ditutup, supaya debu dan abu yang ada tidak mencemari air," kata Direktur Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama, saat dihubungi Kompas Health Jumat (14/2/2014).
 
Masker menjadi senjata ampun mencegah debu atau abu vulkanik masuk ke saluran pernapasan. Hal ini yang juga dilakukan seorang warga Pare bernama Nana Sugma Mulyana tepat saat Kelud memuntahkan abu dan kerikil.
 
"Kita di sini memang selalu pakai masker dan helm. Warga pakai helm saat akan keluar rumah supaya tidak terkena kerikil dan debu. Kita selalu pakai pelindung karena jarak tempat tinggal ke gunung Kelud hanya 45 kilometer," ujarnya saat dihubungi Kompas Health.
 
Nana mengatakan saat ini ketebalan debu dan abu vulkanik di daerah tempat tinggalnya mencapai 5-10 sentimeter. Dengan ketebalan tersebut warga tidak banyak keluar rumah dan membatasi aktivitasnya. Sekolah dan kantor juga diliburkan untuk sementara, termasuk pabrik tempat Nana bekerja. Kendati begitu Nana mengatakan dirinya belum perlu mengungsi.

"Yang penting tetap waspada dan tidak terlalu sering keluar rumah. Daerah sini justru jadi tempat mengungsi karena tidak terlalu dekat dengan kaki gunung, meski tetap terkena debu dan abu karena hembusan angin," kata Nana.

 
Menurut Nana, meletusnya gunung Kelud diiringi gemuruh dan petir yang cukup besar. Hujan abu, debu, dan kerikil terus berlangsung hingga sekitar pukul 5 pagi. Pada pukul 6 pagi cuaca menjadi lebih cerah dan menyisakan sejumlah debu, abu, dan kerikil di daerah sekitar rumahnya. Tebalnya abu bahkan membuat kanopi sejumlah toko, rumah, atau kantor roboh.
 
Penutupan bandara
Menurut laporan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen P2PL, peristiwa erupsi gunung Kelud ternyata mengganggu sejumlah jadwal penerbangan, akibat abu dan debu yang menutupi bandara hingga ketinggian 14.000 meter (Juanda, Surabaya), dan menurunkan jarak pandang yang hanya berkisar 500 meter (Adisumarmo, Solo).

"Laporan KKP mengatakan, ada dua bandara yang ditutup. Sedangkan satu bandara lagi dalam kondisi waspada," ujar Tjandra.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau