Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2014, 10:31 WIB
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com - Wanita yang menderita kanker payudara kini semakin banyak yang meminta operasi pengangkatan kedua payudaranya. Meski banyak juga yang sebenarnya tak punya alasan medis kuat untuk melakukannya. Sebagian besar rupanya terinsiprasi oleh tindakan Angelina Jolie.

Aktris Angelina Jolie tahun lalu secara terbuka mengakui tindakan operasi pengangkatan kedua payudaranya karena ia memiliki mutasi gen yang membuatnya beresiko tinggi menderita kanker payudara. Tindakan tersebut dalam dunia medis disebut dengan mastektomi radikal.

Pada tindakan mastektomo radikal, dokter akan membuang seluruh payudara, termasuk bagian kulit pada puting dan aerola, juga otot dinding dada di bagian bawah. Prosedur ini juga mengangkat sejumlah kelenjar getah benting di ketika sebagai upaya menghentikan penyebaran kanker. Sebenarnya tindakan ini sudah jarang dilakukan.

Mutasi gen BRCA1 seperti yang dialami oleh Jolie juga sebenarnya hanya dialami 12 persen wanita dalam populasi umum.

Dalam sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Amerika Serikat yang dilakukan di Inggris terungkap, dua pertiga wanita yang meminta bedah pengangkatan payudara setelah didiagnosa kanker payudara sebenarnya tidak punya alasan medis untuk melakukannya.

Para pasien tersebut memiliki risiko sangat rendah untuk mengalami penyebaran kanker di payudara yang sehat karena mereka tak punya riwayat kanker payudara atau kanker ovarium, atau mutasi gen BRCA1 atau BRCA2.

Pasien yang meminta tindakan mastektomi kebanyakan adalah yang masih berusia muda. Mereka tidak ingin satu payudaranya yang sehat ikut terkena kanker sehingga memilih untuk mengangkat keduanya.

"Tidak masuk akal untuk meminta pengangkatan kedua payudara karena tindakan tersebut tidak bisa menurunkan risiko kanker akan muncul kembali," kata Dr.Sarah Hawley dari Universitas Michigan yang melakukan penelitian ini.

Tindakan mastektomi ganda seharusnya hanya dilakukan oleh mereka yang hasil pemeriksaan genetiknya memang menunjukkan adanya faktor risiko. Risiko ini juga bukannya tak memiliki efek samping, misalnya ganggua psikoseksual dan tertundanya terapi medis pada payudara yang terkena.

Saat ini sudah banyak modifikasi tindakan mastektomi sehingga hasilnya tidak seburuk sebelumnya. Para dokter bedah juga biasanya akan menggabungkan operasi ini dengan pemasangan implan payudara untuk pembentukan payudara kembali.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
Sumber Dailymail
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+