KOMPAS.com — Bintang film Hollywood Angelina Jolie menjalani prosedur mastektomi ganda untuk mengangkat kedua payudaranya. Keputusan itu terpaksa dilakukannya karena ia mengalami mutasi sejenis gen tertentu yang meningkatkan risiko mengalami kanker payudara.
Jolie mengatakan, ia memulai proses pengangkatan payudaranya di awal Februari lalu. Ia melakukannya karena berkaca pada pengalaman ibunya, Marcheline Bertrand, yang meninggal di usia 56 tahun setelah 10 tahun berjuang melawan kanker ovarium.
Jolie, yang telah dikaruniai enam anak, mengetahui dirinya memiliki gen yang bermutasi setelah melakukan pemeriksaan gen beberapa waktu lalu. Mutasi gen yang dimiliki pasangan aktor Brad Pitt itu adalah untuk gen yang dinamakan BRCA1 sehingga sangat meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker ovarium.
Gen BRCA1 berkaitan dengan gen BRCA2 yang termasuk dalam gen manusia dan dikenal sebagai penekan tumor. Menurut National Cancer Institute (NCI) Amerika Serikat, pada sel normal, gen BRCA1 dan BRCA2 justru membantu untuk menjaga stabilitas materi genetik sel, yaitu DNA, dan membantu menjaga pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Namun, gen yang bermutasi malah berhubungan dengan pengembangan risiko genetik dari kanker payudara dan ovarium.
Diperkirakan 12 persen wanita dalam populasi umum dapat menderita kanker payudara selama hidupnya. Namun, wanita dengan gen BRCA1 dan BRCA2 yang bermutasi memiliki risiko kanker payudara yang meningkat drastis. Diperkirakan sekitar 60 persen wanita dengan gen mutasi didiagnosis dengan kanker payudara.
Menurut NCI, wanita yang memiliki gen bermutasi punya risiko lima kali lebih besar dalam berkembangannya kanker payudara dibandingkan mereka yang tidak. Mutasi gen ini paling umum ditemukan pada wanita Yahudi di Eropa Timur. Selain itu, perempuan Norwegia, Belanda, dan Irlandia juga memiliki laju mutasi yang tinggi terhadap gen BRCA1 dan BRCA2.
Ahli bedah payudara di Claveland Clinic, dr Michael Cowher, mengatakan, mutasi gen BRCA bukan hanya memengaruhi payudara wanita. Pria yang membawa gen mutasi ini juga menghadapi peningkatan risiko kanker payudara dan kanker prostat. Mutasi gen tersebut juga meningkatkan risiko kanker pankreas bagi orang yang membawanya.
Cowher mengatakan, mastektomi ganda sebenarnya bukan satu-satunya solusi yang dapat dipilih. Ada beberapa pilihan lain yang dapat didiskusikan dengan dokter, antara lain kemoprevensi dengan pengobatan seperti tamoksifen. Selain itu, ada pula peningkatan frekuensi pemeriksaan klinis dan rejimen skrining berdasarkan pencitraan.
Berdasarkan keterangan NCI, prosedur mastektomi ganda bertujuan untuk menghilangkan sebanyak mungkin jaringan yang berisiko untuk mengurangi risiko kanker. Namun, bukan berarti prosedur ini dapat melindungi sepenuhnya dalam melawan kanker.
Kepala Pembedahan Onkologi di Lenox Hill Hospital di New York City dr Stephanie Bernik mengatakan, mastektomi ganda merupakan pilihan terbaik bagi seseorang yang mengalami mutasi gen.
"Risiko kanker sangatlah tinggi dan pengawasan kanker saja tidak memberikan jaminan kita mampu mendeteksi kanker sejak tahap awal," ujarnya.
Bernik mengatakan, saat ini lebih banyak wanita yang mau menjalani prosedur pengangkatan payudara. Pilihan rekonstruksi payudara meningkat pada 15 tahun terakhir. "Paling tidak, wanita bisa lebih percaya diri, meskipun payudaranya telah diangkat," katanya.
BACA JUGA : Payudara Diangkat, Mau Diisi Implan atau Lemak?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.