Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi Dini Kanker Payudara, dari Salah Pemahaman hingga Problem Psikis...

Kompas.com - 08/05/2014, 11:05 WIB
Ingki Rinaldi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Deteksi dini penyakit kanker payudara di Indonesia masih terkendala sejumlah persoalan, seperti tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi, dan sikap yang cenderung fatalis dalam menjalani kehidupan. Pemahaman dan penanganan yang kurang tepat juga menjadi persoalan lain.

"(Semua persoalan itu) membuat 40 persen hingga 70 persen pasien kanker payudara datang ke dokter dalam status kanker stadium lanjut," kata Dokter spesialis bedah dengan kekhususan kanker payudara di RS Mitra Kemayoran, Dr Alfiah Amiruddin MD, MS, dalam seminar “A Breast Cancer Talkshow, Get Your Pink On”, Rabu (7/5/2014) petang.

Diskusi yang berlangsung di Aula A Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, tersebut merupakan kerja sama dengan Komunitas Pink Shimmer Inc. Komunitas ini memiliki fokus kegiatan pada penanganan kondisi mental dan psikologis orang-orang yang hidup dengan kanker payudara.

Pendiri Komunitas Pink Shimmer Inc, Dinda Nawangwulan, memaparkan ada banyak pergulatan psikis yang dihadapi pasien saat pertama kali divonis mengidap kanker payudara. Salah seorang anggota Pink Shimmer Inc, Nannette Jacobus, turut bercerita tentang pengalamannya divonis mengidap kanker payudara.

Nannete pertama kali mengetahui vonis penyakit tersebut saat masih berusia 22 tahun. “Dokternya waktu itu sempat bilang, tidak apa-apa kalau kamu mau menangis. Lalu saya jawab, 'Lho Dok, saya mau sembuh, bukan mau menangis',” kata Nannnette yang langsung disambut gelak riuh hadirin.

Pemahaman yang terlalu sederhana

Alfiah mengatakan dia tak sedang mencari siapa yang salah dan menjadi penyumbang terbesar dari kurangnya kesadaran pasien kanker payudara dalam menghadapi penyakit tersebut. Dia berpendapat pemahaman tentang kanker payudara di tengah masyarakat masih terlampau sederhana.

Sebagai contoh, sebut Alfiah, oleh sebagian besar masyarakat, kanker payudara selalu dimafhumi dengan gejala benjolan dan rasa sakit tertentu. Padahal, kata dia, sebagian besar kanker payudara tidak didahului rasa sakit tertentu. “98 persen kanker payudara itu painless,” ujar dia dalam presentasi berjudul "Deteksi Dini Kanker Payudara.”

Alfiah mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 20 jenis kanker payudara. “Antara 90 persen hingga 99 persen kanker payudara ada pada wanita, tetapi ada satu persen kanker payudara pada laki-laki," sebut dia.

Kasus kanker payudara pada laki-laki, papar Alfiah, salah satunya adalah yang dialami mendiang musikus Melky Goeslaw, yang meninggal dunia setelah terkena kanker payudara. Karena itulah, imbuh Alfiah, diperlukan sejumlah metode pemeriksaan dan pendeteksian terhadap kanker payudara mesti dilakukan.

Di antara metode pemeriksaan untuk kanker payudara ini, sebut Alfiah, adalah metode “triple assessment” yang terdiri atas pemeriksaan payudara sendiri (Sadari), rontgen dengan metode mammografi, USG, dan MRI; serta biopsi.

“Namun, metode USG tidak disarankan karena sifatnya operator dependent dan karena kondisi kanker yang akan diperiksa tergantung dari sudut pandang pengambilan gambar,” papar Alfiah. Ia menambahkan, untuk metode biopsi, saat ini dianjurkan untuk mengadopsi metode core needle biopsy yang prosedurnya relatif cepat.

Alfiah menambahkan, saat ini penanganan pasien kanker payudara mutlak dilakukan secara multidisiplin. Penanganan itu dipraktikkan dengan pelibatan sejumlah spesialis di bidang-bidang tertentu seperti radiolog, ahli patologi, medical oncologist, dan radiation oncologist.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com