Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2014, 14:51 WIB


JAKARTA, KOMPAS —
Penyebaran virus ebola yang mewabah di sejumlah negara di Afrika Barat kian tak terkendali seiring terus bertambahnya jumlah penderita. Oleh karena itu, meski visa bagi sedikitnya 7.400 anggota jemaah haji dari negara terjangkit ebola tak dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi, jemaah haji asal Indonesia perlu waspada terhadap penularan virus itu selama berada di negara tersebut.

Data Kementerian Agama mencatat, jemaah haji asal Indonesia yang berangkat ke Arab Saudi tahun 2014 mencapai 168.800 orang, terdiri dari 155.200 anggota jemaah reguler dan 13.600 anggota jemaah plus. Dalam pelaksanaan, biasanya ada jemaah batal berangkat karena sakit, meninggal, atau tidak siap.

Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Rabu (3/9), di Jakarta, mengatakan, sebisa mungkin jemaah haji memakai masker saat berada di tengah kerumunan. Hal itu untuk mencegah penularan virus ebola ataupun sindrom pernapasan Timur Tengah disebabkan virus korona (MERS-CoV).

Oleh karena itu, jemaah haji dianjurkan berperilaku hidup bersih dan sehat serta tidak mendekati unta. Jemaah haji juga mesti mencegah dehidrasi yang bisa menurunkan daya tahan tubuh karena suhu setempat bisa mencapai 40 derajat celsius.

Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dibayangi wabah ebola. Untuk itu, Pemerintah Arab Saudi membatasi pengiriman jemaah haji, terutama dari negara-negara terjangkit ebola. Namun, ada potensi penularan virus itu ke jemaah haji di Arab Saudi.

Antisipasi

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil, kemarin, di Jakarta, menyatakan, Kementerian Agama bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan berupaya menangkal kemungkinan penyebaran virus ebola kepada jemaah asal Indonesia di Arab Saudi. Saat bersamaan, jemaah diimbau menjaga kesehatan, waspada, dan memeriksakan diri ke dokter jika ada gejala sakit selama ibadah haji.

”Bersama Kementerian Kesehatan, kami sudah menyiapkan prosedur pencegahan dan penanganan virus ebola. Kuncinya, jemaah harus menjaga kesehatan agar tidak lemah dan mudah terjangkit virus itu,” katanya.

Abdul Djamil menjelaskan, untuk antisipasi penyebaran virus ebola, setiap satu kelompok terbang disediakan tiga tenaga medis, termasuk dokter. Di Mekkah dan Madinah, ada balai kesehatan, lengkap dengan puluhan tempat tidur untuk perawatan jemaah sakit. Jika mengalami gejala sakit, apa pun jenisnya, jemaah bisa melapor ke tim medis agar segera ditangani.

”Kami memberi informasi cukup tentang virus ebola, tetapi tidak berlebihan karena nanti jemaah malah panik. Kami bersama tim dari Kemenkes, bekerja membimbing, melayani, dan melindungi jemaah,” katanya.

Secara terpisah, Ali Ghufron menjelaskan, setiap 200-300 anggota jemaah didampingi seorang dokter dan dua perawat. Jadi, ada sekitar 670 dokter dan 1.300 perawat mendampingi
jemaah haji. ”Dulu, banyak dokter yang bertugas sekalian menunaikan ibadah haji. Tahun ini, 50 persen dokter bertugas khusus mendampingi jemaah haji,” kata Ali Ghufron.

Jika sakit, jemaah dianjurkan segera melapor kepada petugas kesehatan. Informasi ada jemaah sakit akan diteruskan ke Indonesia melalui sistem informasi kesehatan. Jadi, jika jemaah itu diduga terinfeksi penyakit menular, pencegahan dan perawatan disiapkan di dalam negeri.
Dunia ”kalah”

Presiden Kelompok Dokter Lintas Batas (MSF) Internasional Joanne Liu menyatakan, dunia telah ”kalah” melawan virus ebola yang terus menyebar tak terkendali. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun memperingatkan bahaya krisis pangan di negara-negara Afrika Barat yang terjangkit ebola.

Dalam pengarahan di PBB, New York, kemarin, MSF mendesak pemimpin dunia merespons lebih cepat untuk mengatasi bencana biologi global itu. Tujuannya, agar bantuan obat-obatan, pangan, dan personel dikirim segera ke Afrika Barat.

”Enam bulan terakhir ini adalah epidemi ebola terburuk dalam sejarah. Dunia telah kalah melawan virus ebola. Pemimpin dunia juga gagal mengatasi ancaman transnasional ini,” kata Liu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 8 Agustus, mengumumkan, epidemi ebola itu jadi keprihatinan internasional dan belum ada tindakan tegas untuk mengatasinya.

Data WHO menyebutkan, wabah ebola yang muncul lagi sejak awal 2014 menginfeksi 3.069 orang dan menewaskan 1.552 orang. WHO khawatir, ebola akan terus menyerang 6-9 bulan ke depan dan menginfeksi lebih dari 20.000 orang.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB mengingatkan, di negara-negara terjangkit ebola harga pangan tambah mahal. Perwakilan FAO Regional Afrika Bukar Tijani mengatakan, panen terancam gagal, sedangkan perdagangan dan pergerakan barang dilarang terkait wabah ebola. Wilayah itu pun terancam rawan pangan beberapa minggu hingga beberapa bulan mendatang. (ADH/IAM/LOK/AFP/REUTERS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau