JAKARTA, KOMPAS.com – Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alami terbaik bagi bayi. Bayi dapat tumbuh sehat dan cerdas jika mendapat ASI eksklusif minimal 6 bulan dari awal kelahirannya. Pemberian ASI eksklusif pun tak hanya memberi manfaat untuk bayi, tetapi juga sang ibu.
Sayangnya, tak semua ibu bisa menghasilkan ASI berlimpah. Sering kali aliran ASI terhambat atau tidak lancar. Menyikapi hal ini, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Mia Sutanto menyarankan agar ibu menyusui tak langsung beralih memberikan susu formula, melainkan mencari donor ASI terlebih dahulu. Mia pun menanggapi positif jika kebutuhan donor ASI meningkat.
“Masyarakat semakin sadar kalau ada hambatan atau gangguan dalam memberikan ASInya sendiri enggak perlu langsung beralih ke susu formula. Ada opsi lain, yaitu tetap ASI walaupun ASI ibu lain,” ujar Mia saat ditemui dalam acara Indonesia Maternity, Baby, and Kids Expo di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (5/12/2014).
Namun, donor ASI hanya solusi jangka pendek ketika produksi susu yang tidak lancar. Untuk mengatasi hal itu, sang ibu perlu didampingi konselor menyusui. Jika masalah ASI teratasi, sang ibu bisa kembali menyusi bayinya.
Pemberian donor ASI juga bisa dilakukan untuk bayi yang ibunya telah meninggal dunia, atau saat ibu sakit. Masalah ini menjadi prioritas pemberian donor ASI. Menurut Mia, donor ASI sebaiknya didapatkan dari satu lingkaran keluarga terdekat terlebih dahulu. Jika tidak ada, bisa mencari donor ASI dari teman dekat, kemudian dari orang lain.
Menurut Mia, manfaat dan pemberian ASI eksklusif harus terus disosialisasikan. Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, cakupan pemberian asi eksklusif di Indonesia masih di bawah 50 persen, yakni sekitar 43 persen.
Ia menjelaskan bahwa banyak faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif. Faktor utama adalah minimnya edukasi maupun informasi mengenai manfaat ASI. Menurut Mia, pasangan muda yang akan memiliki anak harus mengetahui manfaat ASI, bagaimana menyusui yang tepat sehingga ASI berlimpah, dan agar bayi mium ASI dengan optimal.
Faktor lainnya yaitu gencarnya promosi susu formula untuk bayi. Banyak pasangan muda yang mudah tergoda memberikan susu formula jika tidak mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif.
“Hak ibu menyusui jangan diganggu oleh promosi susu formula. Masih banyak ibu-ibu pulang dari rumah sakit, lalu ditelepon sales yang menawarkan susu. Itu harusnya tidak boleh terjadi,” kata Mia.
Mia mengatakan, pemberian ASI eksklusif harus mendapat dukungan dari suami, keluarga, rekan kerja, hingga tenaga kesehatan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.