Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Dini Kaitkan Gagal Ginjal dengan Minuman Bersoda

Kompas.com - 20/01/2015, 07:45 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - Menanggapi hasil penelitian awal yang dilakukan oleh Badan Litbang Kementrian Kesehatan mengenai efek minuman berkarbonasi terhadap kesehatan ginjal, sejumlah pakar menyatakan kesimpulan tersebut terlalu dini.

Menurut dr.Ari Fahrial Syam, Sp.PD, penyakit gagal ginjal tidak bisa disebabkan oleh satu faktor tunggal. "Kerusakan ginjal merupakan kondisi kompleks yang tidak disebabkan satu faktor tunggal," katanya dalam siaran pers Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM).

Ia mengatakan, kerusakan ginjal bisa diakibatkan oleh berbagai faktor, misalnya saja konsumsi obat-obatan, kurang minum, hingga sering menahan buang air kecil.

"Minum minuman bersoda tidak serta merta merusak fungsi ginjal, konsumsi obat-obatan seperti obat sakit kepala yang berkepanjangan justru lebih meningkatkan risiko kerusakan ginjal," katanya.

Senada dengan Ari, Prof.Made Astawan, peneliti nutrisi dan teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor, mengatakan tidak ada satu minuman pun yang langsung menyebabkan penyakit. "Ada faktor-faktor lain, misalnya salah minum obat, tidak olahraga, dan sebagainya," katanya.

Penyakit gagal ginjal terjadi jika ginjal tidak dapat melakukan tugasnya menyaring produk sisa keluar dari darah dengan baik. Penyakit ini sebagian besar disebabkan karena diabetes dan tekanan darah tinggi yang tidak dikendalikan.

Dalam studi yang dilakukan BalitbangKes tahun 2013 disebutkan konsumsi minuman berkarbonasi akan meningkatkan risiko penyakit gagal ginjal kronis sampai 6,45 kali dibanding orang yang tidak mengonsumsi minuman tersebut.

Prof.dr.Tjandra Yoga Aditama, Kepala Balitbangkes yang diminta komentarnya mengatakan bahwa penelitian ini masih awal.

"Itu baru penelitian awal dan hasilnya juga bukan menyebabkan penyakit. Hasil akhir penelitian itu sedang diproses dan akan digabung dengan penelitian dari negara-negara lain," katanya dalam pesan singkat, Senin (19/1/14).

Made mengatakan, hasil awal sebuah penelitian secara ilmiah sangat lemah. "Di luar negeri ada beberapa penelitian mengenai penyakit ginjal dan minuman berkarbonasi. Hasilnya menyebutkan ada banyak faktor yang meningkatkan risiko, jadi tidak ada korelasi langsung," katanya.

Meski demikian ia tidak memungkiri bahwa saat ini gaya hidup orang semakin tidak sehat. Hal ini ditandai dengan semakin kurangnya orang bergerak dan banyak mengonsumsi makanan mengandung lemak dan gula tinggi.

"Obesitas terutama disebabkan karena kurang bergerak. Sebenarnya masyarakat juga harus diedukasi untuk rajin membaca label di kemasan makanan. Kalau kadar gulanya tinggi bisa memilih produk lain," katanya.

Orang yang beresiko tinggi menderita gagal ginjal kronis adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun, menderita diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, serta ada riwayat penyakit ini dalam keluarga.  Untuk itu mereka yang beresiko tinggi disarankan melakukan pemeriksaan fungsi ginjal secara rutin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com