Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/04/2015, 13:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber TIME.com

KOMPAS.com - Pengobatan hepatitis C termasuk sulit dan mahal. Peneliti dari National Institute of Health dan Hiroshima University menemukan jalan menuju obat baru hepatitis C yang lebih baik.

Para peneliti itu melakukan skrining ribuan senyawa obat yang ditemukan dalam perpustakaan Food and Drug Administration (FDA) yang banyak di antaranya sudah disetujui dan dipasarkan.

Mereka menemukan satu kelas antihistamin bisa juga digunakan mengobati infeksi serius di organ liver tersebut. Studi tersebut menemukan obat bernama chlorcyclizine HCI (CCZ), obat yang sudah disetujui sejak tahun 1940-an terbukti menjadi obat yang paling menjanjikan menghambat virus hepatitis C.

"Obat-obatan hepatitis C saat ini, meskipun efektif, sangat mahal, memiliki efek samping dan terkait dengan resistensi obat. Ada kebutuhan yang belum dipenuhi pada pengobatan saat ini," kata peneliti Dr. Jake LIang, peneliti senior penyakit hati di NIH.

Obat menjanjikan untuk mengatasi hepatitis C sudah dipasarkan beberapa tahun terakhir dengan harga mahal. Perusahaan bioteknologi Gilead Sciences memiliki dua obat hepatitis C, Harvoni dengan harga 95.500 dolar (sekitar satu milyar rupiah) untuk 12 minggu dan Sovaldi dengan harga 84.400 dolar. Harga satu pil mencapai 1000 dolar (lebih dari Rp. 10 juta). Banyak dari pasien hepatitis C itu memilih obat oral dibandingkan injeksi.

Peneliti dari studi NIH dan Hiroshima University itu melaporkan CCZ dapat secara spesifik mengenai virus hepatitis C dan mencegah infeksi pada tubuh tikus dengan menghalangi hepatitis C memasuki sel hati. Mekanisme ini berbeda dengan kerja obat-obatan yang ada saat ini yang menghalangi replikasi virus begitu memasuki sel hati.

Obat baru tersebut terbukti menjanjikan ketika diuji pada populasi tikus yang terinfeksi virus. Para peneliti menemukan ketika tikus diberi obat setiap hari, terdapat penurunan kadar virus di dalam tubuh mereka. "Ini yang kita cari ketika menguji sebuah obat," ujarnya.

Penemuan itu meskipun menjanjikan masih ada di tahap awal. Diperlukan langkah-langkah lagi sebelum obat itu diuji secara klinis pada tubuh manusia. Para ahli masih belum tahu apakah obat bakal berefek sama pada tubuh manusia, bagaimana cara kerjanya dan bentuk pengobatan yang harus dijalankan.

"Kami ingin memperingatkan masyarakat bahwa obat ini belum diuji pada manusia. Masyarakat belum boleh minum obat ini untuk mengobati hepatitis C," tegasnya.

Liang mengatakan tim penelitiannya masih mencari tahu bagaimana CCZ dan antihistamin secara umum dapat bekerja mengobati hepatitis C. Mereka akan memulai konsep percobaan pada tubuh manusia yang akan melihat efek jangka pendek dosis CCZ pada infeksi tersebut.

Karena obat itu sebelumnya sudah disetujui oleh FDA, Liang dan kawan-kawan tidak perlu melakukan persetujuan untuk melakukan percobaan dan bahwa FDA tertarik pada penggunaan obat untuk tujuan pengobatan berbeda yang saat ini banyak terjadi pada penemuan obat.

Proses yang sama baru-baru ini digunakan untuk mengidentifikasi obat selama wabah ebola. Liang mengatakan timnya juga mencari cara mengubah dan mengoptimalkan CCZ sehingga lebih efektif dan cocok untuk tubuh manusia.

Dengan harga per pil 0,5 dolar (sekitar enam ribu rupiah), CCZ digunakan untuk mengatasi alergi. Pertanyaannya, apakah obat yang sudah ada untuk mengobati hepatitis bakal juga dijual dengan harga terjangkau?

Kata Liang, ia belum punya jawaban untuk pertanyaan itu tetapi ia melihat beberapa skenario ketika pengobatan dapat menurunkan biaya. "Jika obat ini terbukti efektif mengatasi hepatitis C, obat ini dapat digunakan dikombinasi dengan obat yang ada untuk mungkin mempersingkat durasi penggunaan," katanya.

Dari tiga sampai enam bulan, obat hanya perlu diminum empat minggu. Tentu hal ini akan mengurangi biaya obat.

Masih diperlukan riset lebih banyak demi menemukan pengobatan yang lebih baik untuk mengatasi hepatitis C. Di Amerika diperkirakan terdapat 3,2 juta orang terpaksa hidup dengan infeksi hepatitis C.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau