Para peneliti itu melakukan skrining ribuan senyawa obat yang ditemukan dalam perpustakaan Food and Drug Administration (FDA) yang banyak di antaranya sudah disetujui dan dipasarkan.
Mereka menemukan satu kelas antihistamin bisa juga digunakan mengobati infeksi serius di organ liver tersebut. Studi tersebut menemukan obat bernama chlorcyclizine HCI (CCZ), obat yang sudah disetujui sejak tahun 1940-an terbukti menjadi obat yang paling menjanjikan menghambat virus hepatitis C.
"Obat-obatan hepatitis C saat ini, meskipun efektif, sangat mahal, memiliki efek samping dan terkait dengan resistensi obat. Ada kebutuhan yang belum dipenuhi pada pengobatan saat ini," kata peneliti Dr. Jake LIang, peneliti senior penyakit hati di NIH.
Obat menjanjikan untuk mengatasi hepatitis C sudah dipasarkan beberapa tahun terakhir dengan harga mahal. Perusahaan bioteknologi Gilead Sciences memiliki dua obat hepatitis C, Harvoni dengan harga 95.500 dolar (sekitar satu milyar rupiah) untuk 12 minggu dan Sovaldi dengan harga 84.400 dolar. Harga satu pil mencapai 1000 dolar (lebih dari Rp. 10 juta). Banyak dari pasien hepatitis C itu memilih obat oral dibandingkan injeksi.
Peneliti dari studi NIH dan Hiroshima University itu melaporkan CCZ dapat secara spesifik mengenai virus hepatitis C dan mencegah infeksi pada tubuh tikus dengan menghalangi hepatitis C memasuki sel hati. Mekanisme ini berbeda dengan kerja obat-obatan yang ada saat ini yang menghalangi replikasi virus begitu memasuki sel hati.
Obat baru tersebut terbukti menjanjikan ketika diuji pada populasi tikus yang terinfeksi virus. Para peneliti menemukan ketika tikus diberi obat setiap hari, terdapat penurunan kadar virus di dalam tubuh mereka. "Ini yang kita cari ketika menguji sebuah obat," ujarnya.
Penemuan itu meskipun menjanjikan masih ada di tahap awal. Diperlukan langkah-langkah lagi sebelum obat itu diuji secara klinis pada tubuh manusia. Para ahli masih belum tahu apakah obat bakal berefek sama pada tubuh manusia, bagaimana cara kerjanya dan bentuk pengobatan yang harus dijalankan.
"Kami ingin memperingatkan masyarakat bahwa obat ini belum diuji pada manusia. Masyarakat belum boleh minum obat ini untuk mengobati hepatitis C," tegasnya.
Liang mengatakan tim penelitiannya masih mencari tahu bagaimana CCZ dan antihistamin secara umum dapat bekerja mengobati hepatitis C. Mereka akan memulai konsep percobaan pada tubuh manusia yang akan melihat efek jangka pendek dosis CCZ pada infeksi tersebut.
Karena obat itu sebelumnya sudah disetujui oleh FDA, Liang dan kawan-kawan tidak perlu melakukan persetujuan untuk melakukan percobaan dan bahwa FDA tertarik pada penggunaan obat untuk tujuan pengobatan berbeda yang saat ini banyak terjadi pada penemuan obat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.