Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/07/2015, 20:10 WIB

KOMPAS.com - Pilihan penggunaan kontrasepsi sebenarnya berada di tangan perempuan atau laki-laki yang ingin menunda kehamilan. Pemilihan bisa didasarkan pada kondisi tubuh, gaya hidup, hingga efek samping.

Setiap tahunnya, penggunaan kontrasepsi mampu mencegah 188 juta kehamilan tak direncanakan yang berdampak pada penurunan angka aborsi menjadi 122 juta, 1,1 juta kematian bayi, dan 150.000 penurunan angka kematian ibu melahirkan.

Menurut data WHO tahun 2013, sekitar 56,4 persen wanita di Asia Tenggara menggunakan kontrasepsi modern, seperti kondom, pil, intrauterine device (IUD), implan, atau sterilisasi.

Sementara itu di dunia, jenis kontrasepsi yang paling populer menurut data tahun 2011 adalah sterilisasi wanita (19 persen), IUD (14 persen), dan diikuti dengan pil (9 persen).

Sterilisasi wanita
Sterilisasi adalah kontrasepsi yang bersifat permanen karena kesuburan seorang wanita tidak bisa dikembalikan lagi. Meski bisa dilakukan oleh pria, tapi sterilisasi pada wanita lebih banyak dilakukan.

Prosedur ini dilakukan dengan cara mengikat tuba falopi dengan klip, clamps, cincin, atau "dilem" dengan listrik, yang bertujuan mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Sterilisasi memiliki efektivitas sampai 99 persen dan tidak berpengaruh pada hormon perempuan.

Efek samping dari prosedur ini berasal dari proses operasinya, misalnya perdarahan, infeksi, atau reaksi dari anestesinya. Meski jarang, prodesur ini juga bisa mengalami kegagalan akibat tuba falopi terbuka kembali.

Intrauterine device (IUD)
Termasuk dalam kontrasepsi jangka panjang karena bisa dipakai sampai dengan 5 tahun, efektif, dan bisa mengembalikan kesuburan begitu IUD dicabut. Saat ini tersedia metode IUD tembaga (copper) atau pun hormonal.

Kontrasepsi IUD juga bisa menjadi alternatif bagi perempuan yang tidak ingin menggunakan kontrasepsi hormonal karena IUD tembaga tidak mengandung hormon atau IUD yang memiliki hormon dosis rendah.

Risiko yang mungkin timbul dari metode kontrasepsi ini adalah darah haid lebih banyak, adanya flek di sela siklus haid, serta meningkatkan risiko infeksi, terutama jika sebelumnya seorang wanita sudah memiliki infeksi di vagina.

Pil
Sekitar 100 juta wanita di seluruh dunia menggunakan pil sebagai metode kontrasepsi. Ada beberapa pilihan pil, baik mengandung satu hormonal dan juga kombinasi. Jika digunakan secara konsisten, pil kontrasepsi memiliki angka kegagalan kurang dari 1 pada 100 wanita.

Selain mencegah kehamilan, pil kontrasepsi juga bisa mengurangi perdarahan menstruasi, mencegah jerawat, dan juga mengurangi risiko kanker. Namun, sebagian wanita mengeluhkan nyeri kepala, penurunan libido, dan juga perubahan berat badan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com