KOMPAS.com - Anak-anak menangkap banyak hal di sekitarnya lebih dari yang disadari orang dewasa. Mereka bukan cuma menyerap apa yang kita katakann langsung tapi juga apa yang kita katakan di sekitar mereka, bahkan saat kita kira mereka tak memperhatikan.
Itu sebabnya sebagai orangtua kita perlu memperhatikan apa yang saja yang boleh dibicarakan dan perlu dihindari saat berada di depan anak-anak.
Menurut pakar parenting, psikolog Laura Markham, sebenarnya bukan soal topiknya tapi bagaimana pandangan kita terhadap topik tertentu yang perlu diperhatikan.
"Sebagai contoh, sebaiknya hindari membicarakan tentang kekhawatiran orangtua soal uang yang bisa membuat anak ikut cemas. Namun, kita bisa membicarakan tentang harga mobil baru atau liburan ke luar negeri yang tidak masuk anggaran keluarga tahun ini," kata Markham.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah beberapa topik yang perlu dihindari saat berbicara di dekat anak seperti dikutip dari Huffpost.com.
Baca juga: Anak Dibesarkan dalam Pola Asuh Tanpa Keteraturan, Ini Efek Negatifnya
1. Bentuk tubuh
Saat orang dewasa berbicara buruk tentang tubuh mereka atau tubuh orang lain, anak-anak akan memperhatikan dan mungkin menginternalisasikan pesan-pesan negatif tersebut.
"Anak-anak seperti busa, mereka akan menyerap semua yang didengar. Jika mereka melihat orang dewasa bersikap kritis terhadap diri sendiri, itu dapat memicu masalah self-esteem atau citra tubuh saat mereka besar," kata terapis keluarga Brianne Billups Hughes.
Bukan cuma komentar negatif yang dapat berpengaruh buruk, saat orang dewasa sering menilai bentuk tubuh (walau maksutnya memuji), anak dapat mengingat dan jadi sangat peduli dengan penampilannya.
2. Mengkritik mantan pasangan
Jika kamu sudah bercerai, sebaiknya hindari berkomentar buruk tentang mantan pasangan atau orangtua sambung anak. Bukan cuma saat berbicara langsung, tapi juga saat anak ada di sekitar.
Mendengarkan komentar negatif tentang ayah atau ibunya dapat membuat anak merasa harus memilih satu pihak atau mereka harus bertanggung jawab memperbaiki situasinya.
"Hal itu bukan cuma merusak rasa aman anak, tapi juga membuat hubungannya dengan ayah atau ibu yang dikritik itu menjadi tegang karena kini mereka melihatnya 'kurang cukup baik'. Anak juga bisa merasa bersalah karena sudah berpikir buruk tentang ayah atau ibunya," kata Markham.
Baca juga: Ciri Anak yang Kesepian dan Cara Orangtua Membantunya
3. Membandingkan anak dengan saudaranya
Orangtua harus menghindari komentar yang membandingkan anak dengan saudaranya. Perbandingan semacam itu akan menjadi bibit kompetisi antara kakak dan adik, yang akhirnya memicu konflik.
"Lambat laun hal itu bisa menumbuhkan kebencian, kecemburuan, dan rasa tidak aman. Namun hal ini juga berlaku untuk pesan-pesan positif, yang juga menciptakan persaingan," ujar Markham.
Sebagai contoh, kita mengatakan 'Kamu memang anak pintar, enggak pernah menyusahkan orangtua seperti kakak kamu'.
Kalimat tersebut bukan cuma akan membuat anak merasa tertekan karena harus mempertahankan posisi sebagai "anak pintar", tetapi juga tanpa sadar memotivasinya untuk membuat saudaranya tetap pada peran sebagai "anak buruk".
Baca juga: Banyak Gen Z Punya Masalah Etika, Pola Asuh Jadi Penyebabnya?