Alat KB metode perintang cukup efektif untuk mencegah kehamilan dalam satu kali hubungan intim, tidak memengaruhi kesuburan, dan dapat digunakan saat ibu masih dalam fase mnyusui.
Namun, untuk perencanaan kehamilan jangka panjang, lebih dianjurkan kontrasepsi metode hormonal, seperti pil KB, IUD, susuk, suntik, atau implan.
Terdapat tiga alat KB yang termasuk dalam metode perintang, yaitu spermisida, diafragma, dan kondom.
1. Spermisida
Cara kerja: Dipakai oleh perempuan. Kontrasepsi ini berupa senyawa kimia berbentuk gel, tablet, krim, spons, dan tisu yang berfungsi membunuh sperma.
Cara pemakaian: Dimasukkan atau dioleskan ke dalam vagina saat hendak berhubungan intim. Alat ini mulai bekerja sekitar 5-10 menit setelahnya. Efektivitas spermisida berlangsung selama kurang lebih satu jam setelah mulai bekerja. Spermisida jenis gel atau krim juga dapat digunakan bersama dengan kontrasepsi diafragma atau kondom.
Kelebihan: Mudah didapatkan di apotek tanpa perlu resep dokter. Dapat sekaligus bersifat sebagai "pelumas" vagina sehingga mencegah timbulnya rasa sakit. Harga terjangkau.
Kekurangan: Kandungan bahan kimiawinya beresiko menyebabkan iritasi dan alergi pada vagina maupun penis. Tidak melindungi penggunanya dari risiko infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV/AIDS.
2. Diafragma
Cara kerja: Dipakai oleh perempuan. Alat ini terbuat dari lateks dan berbentuk seperti mangkuk. Meski bahannya tebal, bagian dalamnya lentur sehingga mudah disesuaikan ketika dipasang di dalam vagina.
Diafragma dapat dipasang beberapa saat sebelum berhubungan intim dan baru boleh dilepas minimal enam jam setelahnya. Pemakaian diafragma harus dibarengi dengan spermisida.
Cara pemakaian: Dipasang di dalam vagina. Sebelum dimasukkan, olesi satu sendok spermatisida di bagian dalam diafragma dan di sekeliling lingkaran permukaannya. Bila setelah dua jam dipasang belum juga berhubungan seksual, maka diafragma perlu diolesi kembali dengan spermatisida/spermisida.
Kelebihan:
Mudah dipasang dan dilepaskan. Tidak mengandung hormon, tidak memengaruhi kondisi hormon tubuh. Dapat dipakai ulang. Setiap kali selesai digunakan, cuci dengan sabun lalu biarkan mengering. Taburi dengan tepung jagung sebelum disimpan kembali di wadahnya. Jika digunakan secara benar dengan spermatisida, efektivitasnya mencapai 97 persen. Alat ini juga melindungi pengguna dari IMS. Harganya pun terjangkau.
Kekurangan: Penggunaan spermatisida bersama dengan diafragma beresiko menimbulkan iritasi jaringan vagina. Tidak cocok bagi perempuan dan pasangannya yang alergi terhadap lateks. Hanya tersedia di apotek dan untuk membelinya perlu dilengkapi dengan resep dokter.