Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/11/2015, 09:00 WIB
Dr.Retha Arjadi, M.Psi

Penulis

Pada dasarnya kecemasan adalah sesuatu yang wajar dialami oleh siapa saja. Kecemasan biasanya muncul saat kita berhadapan dengan keadaan yang tidak jelas, membingungkan, menegangkan, atau menakutkan. Sebut saja seorang mahasiswa yang akan menghadapi ujian; kecemasan tentu adalah hal yang wajar dirasakan olehnya. Contoh lainnya, tentu saja tidak mengherankan jika seorang ibu merasa cemas ketika anaknya sedang sakit.

Ketika kita sedang menghadapi sebuah kondisi bermasalah, kecemasan dapat berperan positif untuk membantu kita fokus memecahkan masalah tersebut. Namun, jika muncul secara berlebihan, seringkali kecemasan yang kita alami malah dipenuhi oleh visualisasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi dari masalah yang sedang kita alami.

Kecemasan yang seperti ini biasanya malah akan membawa efek negatif pada diri kita, dan membuat kita tidak dapat berpikir jernih untuk memecahkan masalah yang sedang perlu kita atasi.  
    
Kecemasan itu bekerja seperti tumpahan minyak. Jika terus dibiarkan tumpah, kecemasan dapat menjadi semakin banyak dan sulit sekali dibersihkan. Menyadari bahwa kecemasan itu berlebihan adalah langkah awal yang dapat membuat tumpahan minyak tadi berhenti mengalir. Setelah itu, barulah kita dapat fokus untuk membersihkan minyak yang sudah terlanjur tumpah tadi alias berusaha mengendalikan kecemasan yang sedang kita rasakan.
    
Pahamilah terlebih dahulu bahwa pada dasarnya kecemasan adalah sesuatu yang muncul secara otomatis di luar rencana kita. Artinya, sangat mungkin bahwa kita memiliki pikiran-pikiran buruk yang membuat cemas walaupun kita tidak menginginkannya.

Ironisnya, saat kita menyuruh diri sendiri untuk berhenti memikirkannya, justru pikiran tersebut dapat muncul semakin kuat dan berpotensi membuat kita semakin cemas!

Berusaha mengalihkan pikiran dan berusaha fokus pada kegiatan tertentu biasanya dapat membantu kita meredam kecemasan, tetapi cara tersebut hanya bersifat sesaat dan membantu dalam jangka waktu yang pendek saja.

Lagipula, karena hanya berupa pengalihan, maka kita sebetulnya tidak sedang berusaha mengatasi kecemasan tersebut, tetapi hanya berusaha melupakannya saja untuk sementara waktu. Oleh karena itu, cara ini perlu didukung oleh cara lain yang lebih bermanfaat untuk jangka panjang.
    
Pikiran mengganggu

Kecemasan adalah sebuah perasaan yang kompleks, karena melibatkan ciri-ciri fisik dan pikiran yang datang bertubi-tubi. Ciri-ciri fisik yang dimaksud sebetulnya sangat akrab dengan semua orang, seperti deg-degan, berkeringat, atau napas tersengal-sengal.

Sementara pikiran yang berdatangan biasanya berisi hal-hal mulai dari yang masuk akal hingga tidak masuk akal terkait topik kecemasan yang dialami. Dengan mengetahui adanya ciri-ciri fisik dan pikiran yang terkait dengan kecemasan, kita pun dapat ‘mengakali’ kecemasan yang kita alami dari kedua aspek tersebut.

Terkait dengan ciri-ciri fisik, kita dapat berusaha meredam gejala-gejala kecemasan yang muncul dengan mengendalikan kondisi fisik kita. Misalnya, saat napas kita menjadi tersengal-sengal akibat kecemasan yang kita alami, kita dapat mengatur napas hingga kondisi kita membaik dan kecemasan kita berkurang.

Napas yang teratur akan membuat diri kita mendapat sinyal bahwa kecemasan yang kita alami telah berkurang dibandingkan dengan ketika napas kita sedang tersengal-sengal. Dengan sendirinya, setelah napas kita menjadi teratur, perasaan kita pun akan menjadi lebih tenang.

Sementara itu, dari sisi pikiran yang mengganggu, kita dapat berusaha mengonfirmasi pikiran-pikiran kecemasan kita dengan bertanya kepada orang lain yang kita percaya. Misalnya, kita dapat bertanya dan berdiskusi dengan sahabat mengenai isi pikiran yang membuat kita cemas, apakah pikiran tersebut masuk akal atau cenderung berlebihan dan tidak masuk akal?

Masukan dari orang lain yang kita percaya dapat membuat kita berpikir ulang secara lebih jernih mengenai pikiran-pikiran yang membuat kita cemas.

Seringkali cara ini efektif membantu kita menyadari bahwa pikiran-pikiran kecemasan kita itu tidaklah masuk akal, dan membantu kita menemukan alternatif pemikiran yang lebih sehat serta masuk akal.

Jika dilakukan dengan teratur dan konsisten, upaya-upaya sederhana tersebut dapat membantu kita mengendalikan kecemasan yang kita alami. Walau mungkin tidak dapat sepenuhnya menghilangkan kecemasan kita, setidaknya itu dapat membantu kita menurunkan level kecemasan tersebut agar tidak terlalu mengganggu kehidupan kita sehari-hari lagi.
    
    

    


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau