Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Membedakan Cemas Biasa dan Gangguan Cemas?

Kompas.com - 06/10/2015, 14:35 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Setiap orang barangkali pernah merasa cemas. Namun, jika kecemasan terjadi secara berlebihan, bisa jadi merupakan gangguan cemas, yaitu salah satu masalah kesehatan jiwa.

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Suryo Dharmono mengungkapkan rasa cemas biasa dengan orang yang menderita gangguan cemas tentunya berbeda.

“Kalau cemas biasa, biasanya stresornya (pemicunya) jelas, misalnya mau ujian, cemas, dipanggil atasan karena kesalahan, cemas. Kalau gangguan kecemasan panik stresornya enggak jelas,” ujar Suryo saat ditemui di sela-sela acara Pekan Proyeksi Jiwa di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Senin (5/10/2015).

Baca juga: Dedi Mulyadi Ditantang Ormas, Satgas Antipremanisme Dinilai Picu Polemik Baru di Jabar

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan jantung berdebar-debar, sesak napas, hingga ingin pingsan. Tidak jelas apa yang memicu munculnya gangguan panik karena terjadi secara tiba-tiba. Pemeriksaan secara fisik pun ternyata normal.

 “Tiba-tiba saja perasaan kayak mau pingsan sampai beberapa kali mengakses UGD, tapi pas diperiksa normal. Kalau cemas biasa kita dihadapi pada situasi yang real (nyata),” lanjut Suryo.

Perasaan cemas bisa akan hilang ketika masalah selesai. Namun, pada orang yang memiliki gangguan panik, gejala muncul tiba-tiba tanpa pemicu yang jelas.

Baca juga: Pedagang Pasar Bukit Duri Kerap "Ribut" dengan Pelanggan yang Jual Emas

Orang yang memiliki gangguan panik bisa diatasi dengan minum obat. Gangguan panik bisa dinyatakan sembuh ketika gejalanya tak lagi muncul. Namun, bisa muncul kembali jika terdapat pemicu seperti keluarga meninggal dunia. Untuk jenis gangguan kecemasan lainnya, seperti fobia, bisa diatasi dengan terapi psikologi.

“Cara mengobatinya tergantung dari situasi. Kalau gangguan panik, obat penting karena seranganya membuat orang tidak bisa mengatasi dirinya,” kata Suryo.

Suryo mengatatakan, gangguan cemas biasanya terjadi pada usia 18-25 tahun dan sangat jarang ditemui pada orangtua. Jika orangtua sering merasa cemas karena ada pemicu yang jelas, maka tidak termasuk gangguan kecemasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Intip Harga Ferrari Kasus Suap Ekspor CPO di Rumah Pengacara
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau