JAKARTA, KOMPAS.com — Pemeriksaan payudara sendiri (sadari) merupakan cara deteksi dini kanker payudara. Hampir 80 persen gangguan pada payudara ditemukan saat melakukan sadari. Namun, tak perlu langsung panik jika mendapati benjolan di payudara.
"Kalau ada benjolan di payudara, enggak usah takut. Sebanyak 85 persen benjolan bukan tumor ganas. Kanker payudara hanya 15 persen," ujar Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Prof DR dr Soehartati Gondhowiardjo, SpRad (K) Onk, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/4/2016).
Benjolan tersebut memang bisa saja tumor jinak ataupun tumor ganas (kanker). Ketika terasa ada benjolan, lakukan dulu pemeriksaan USG atau mamografi. Jika memang terdapat tumor, pemeriksaan selanjutnya adalah biopsi untuk mengetahui tumor tersebut jinak atau ganas.
"Yang terbaik, lakukan biopsi jarum halus, lalu dilihat di mikroskop, selnya ganas atau tidak," kata dokter yang akrab disapa Tati itu.
Jika hasilnya tumor jinak, tindakan operasi tidak harus segera dilakukan. Tumor jinak tidak membahayakan tubuh seperti halnya kanker karena perkembangannya sangat lambat dan tidak memiliki kemampuan menyebar ke organ tubuh lain.
Namun, jika dirasa mengganggu, tumor jinak bisa segera diangkat, dan untuk bagian tumornya saja.
Sementara itu, pada kanker payudara, tindakan dokter tergantung pada stadium penyakit. Operasi pada kanker payudara umumnya tidak bisa hanya berupa pengangkatan tumor, tetapi juga dengan masektomi atau operasi pengangkatan payudara.
Adapun munculnya tumor jinak pada payudara sangat dipengaruhi oleh faktor hormonal dan juga gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan tingkat stres. Pada kanker payudara, kemunculannya bisa juga dipengaruhi oleh faktor genetik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.