Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/12/2016, 14:19 WIB

SEMARANG, KOMPAS — Migrasi sejumlah zat dan mikroorganisme ke makanan perlu mendapat perhatian karena berbahaya bagi kesehatan. Migrasi tersebut, antara lain, dari kemasan berbahan dasar kertas daur ulang yang bersentuhan dengan makanan, khususnya yang memiliki cairan.

Berdasarkan riset yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2014, jumlah bakteri yang terkandung dalam kemasan dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram. Selain bakteri, zat seperti logam berat, mineral oil, dan ftalat berpotensi terpapar pada makanan.

Peneliti dari Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Lisman Suryanegara, mengatakan, contoh kertas daur ulang ialah kemasan makanan yang bagian dalamnya berwarna abu-abu. "Pada bahan ini, kandungan zat dan bakteri lebih tinggi dari kertas lain," kata Lisman di sela-sela seminar Food Safety Packaging yang diprakarsai Foopak, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/12).

Kemasan makanan yang aman atau food grade menjadi salah satu solusi mencegah perpindahan bakteri atau zat yang berbahaya bagi tubuh. Kemasan makanan dengan kategori food grade terbuat dari serat alami dengan ciri-ciri antara lain berwarna putih bersih, tak berbintik, dan tak tembus minyak.

Meski demikian, Lisman menekankan, hal utama adalah bagaimana agar bakteri atau zat itu tak mencemari makanan. Karena itu, upaya meminimalkan migrasi bakteri dan zat berbahaya menjadi hal penting.

Terkait hal itu, tambahan potongan kertas nasi berwarna coklat pada kemasan berbahan kertas daur ulang bisa mengurangi potensi paparan. Bagian plastik pada kertas nasi itu setidaknya bisa mengurangi kontak antara bakteri dan makanan.

Cara lain meminimalkan paparan terhadap makanan ialah segera memindahkan makanan dari kemasan. "Jika membeli makanan, jangan terus disimpan di kemasan atau dus. Habiskan segera atau pindahkan," ucapnya.

Memicu penyakit

Zat-zat berbahaya tersebut berpotensi memicu penyakit, antara lain kanker, kerusakan hati, kelenjar getah bening, dan bisa mengganggu sistem endokrin. Selain itu, zat-zat tersebut juga berpotensi meningkatkan risiko asma dan mutasi gen.

Adapun makanan yang paling mudah terpapar bakteri atau zat berbahaya adalah makanan berminyak, memiliki cairan, dan panas. Adapun makanan kering cenderung aman.

Kepala Subdirektorat Standardisasi Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Ani Rohmaniyati memaparkan, bagi produsen makanan, pengujian kemasan bisa dilakukan di balai pengujian. Untuk logam berat, misalnya, bisa dilakukan di balai pengujian dengan ISO 17025.

Selain itu, pengujian juga bisa dilakukan di sejumlah balai laboratorium kesehatan. "Tempat pengujian logam berat banyak, tetapi untuk mineral oil dan flatat masih jarang. Namun, informasi pengujian bisa diperoleh di internet," ucapnya. (DIT)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Desember 2016, di halaman 14 dengan judul "Cegah Migrasi Bakteri ke Dalam Makanan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau