KOMPAS.com - Kerja keras memang penting namun akan menjadi masalah besar jika pekerjaan sampai merengut waktu istirahat kita.
Kerja terlalu keras bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental kita.
Sebuah riset tahun 2006 yang dilakukan di Inggris membuktikan mereka yang bekerja terlalu keras berisiko lebih tinggi terkena diabetes, stroke, dan penyakit jantung.
Kerja terlalu keras juga bisa meningkatkan risiko depresi dan kecemasan. Selain itu, kerja terlalu keras juga bisa membuat kita mengalami burnout.
Burnout adalah keadaan kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres yang berlebihan dan berkepanjangan.
Hal ini terjadi ketika kita merasa kewalahan, terkuras secara emosional, dan tidak mampu memenuhi tuntutan terus-menerus.
Baca juga: Waspada, Kerja Berlebihan Bisa Sebabkan Penyakit Kronis
Organisasi kesehatan dunia (WHO) secara resmi memasukkan burnout syndrome (BOS) atau sindrom burnout sebagai fenomena okupasi, yaitu fenomena yang secara eksklusif berhubungan dengan stres di tempat kerja, bukan oleh stres dari aspek kehidupan lain.
Burnout juga bisa mengurangi produktivitas dan menguras energi, membuat kita merasa semakin tidak berdaya, putus asa, dan mudah tersinggung.
Dampak burnout bahkan bisa menyebar ke seluruh aspek kehidupan, seperti kehidupan sosial dan rumah tanggan.
Bournout adalah proses bertahap dan tidak terjadi dalam semalam.
Jika kita lebih peka terhadap tanda-tanda gangguan psikis ini, maka kita akan mudah mengatasinya. Berikut gejala-gejala yang kerap dirasakan penderita burnout:
Saat tingkat burnout yang dialami seseorang semakin parah, biasanya mereka menunjukan perilaku seperti berikut:
Baca juga: Melihat Tanaman di Meja Kerja Bisa Kurangi Stres
Burnout seringkali terjadi karena faktor pekerjaan. Biasanya, hal ini terjadi pada karyawan yang terlalu banyak bekerja namun merasa diremehkan.
Faktor-faktor lain seperti gaya hidup dan tipe kepribadian juga turut berkontribusi sebagai penyebab burnout.
Faktanya, apa yang kita lakukan di waktu senggang dan bagaimana cara kita memandang kehidupan juga bisa memicu stres.